KALABAHI, WARTAALOR.com – Festival Cerita Rakyat Alor (FCRA) segera digelar di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kegiatan ini diselenggarakan dengan maksud melestarikan sejarah, budaya dan bahasa yang ada di pulau julukan Seribu Moko itu.
Panitia Penyelenggara FCRA pun sudah terbentuk dan kegiatan ini merupakan kerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
Kegiatan FCRA yang pertama kali digelar di Alor tersebut berlangsung sejak tanggal 22 September hingga 20 November 2021 dengan jeda waktu tertentu. Hal ini disampaikan Ketua Panitia Kegiatan FCRA, Yohanis Atamai, S. Pd di Kalabahi, Rabu (21/9/2021) siang.
Anis menjelaskan, terdapat empat kegiatan penting dalam FCRA, tersebut yakni seminar nasional, workshop penulisan cerita rakyat Alor, lomba penulisan cerita rakyat Alor dan puncak acara; pentas seni dan pengumuman pemenang lomba penulisan cerita rakyat Alor.
Menurut Anis, selama ini, Kabupaten Alor tidak hanya terkenal dengan pesona alam baharinya saja. Namun, kabupaten yang berjuluk Negeri Seribu Moko ini menyimpan potensi budaya yang sangat luar biasa, yakni memiliki 16 suku bangsa. Selain itu, papar Anis, berdasarkan Peta Bahasa Kemendikbud Tahun 2020, Kabupaten Alor memiliki 25 bahasa daerah. Karena itu, kata Anis, jumlah bahasa di Alor merupakan yang terbanyak di Provinsi NTT, yang memiliki 72 bahasa daerah.
Bahasa-bahasa daerah di Kabupaten Alor, ungkap Anis, yakni: bahasa Alor, Batu, Blagar, Deing, Dulolong, Hamap, Kabola, Kaera, Kafoa, Kamang, Kiraman, Klamu, Klon, Kolana, Kui, Kulatera, Lona, Nedebang, Pura, Retta, Sar, Sawila, Teiwa, Tewa, dan Wersing/Kolana/Wirasina.
“Kebanggaan akan keragaman budaya dan bahasa ini terkadang membuat kita terlena. Kami sebagai putra asli Alor menyaksikan sendiri bahwa lambat-laun keragaman budaya dan bahasa daerah di Alor mulai ditinggalkan oleh generasi penerusnya. Bukan tidak mungkin di kemudian hari keragaman budaya dan bahasa di Alor akan punah,” tandas Ketua KNPI Kecamatan Alor Tengah Utara itu.
“Hal ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi semua pihak, terutama masyarakat Alor itu sendiri. Berdasarkan keprihatinan tersebut, maka kami menggagas kegiatan Festival Cerita Rakyat Alor sebagai upaya awal untuk melestarikan sejarah, budaya dan bahasa di Alor,” ungkapnya menambahkan.
Ia menjelaskan, tujuan terselenggaranya kegiatan tersebut adalah: Pertama, mendokumentasikan tradisi lisan atau cerita rakyat Alor. Kedua, melestarikan budaya dan bahasa di Alor, dan ketiga, menggugah kesadaran masyarakat Alor untuk terus menjaga kelestarian bahasa dan budayanya.
Tema besar kegiatan tersebut, sebut Anis, berfokus pada sub tema salah satu Strategi Kebudayaan Nasional yang dirumuskan pada Kongres Kebudayaan Indonesia (2018), yakni: Melindungi dan mengembangkan nilai, ekspresi dan praktik kebudayaan tradisional untuk memperkaya kebudayaan nasional. Dan dalam konteks kegiatan ini, ungkap Anis, adalah upaya pendokumentasian dan pelestarian budaya dan bahasa di Alor melalui alih media dari tradisi lisan atau cerita rakyat ke dalam tradisi tulis.
Manfaat dari kegiatan tersebut, lanjut dia yakni Pertama, memupuk dan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Alor. Kedua, menumbuhkan literasi budaya masyarakat Alor dari budaya lisan ke budaya tulis, dan ketiga, menumbuhkan kesadaran untuk melindungi dan melestarikan kebudayaan di Alor.
Lebih lanjut, Anis mantan pengurus Ormawa Undana ini menungkapkan, dampak dari kegiatan FBK ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Alor, antara lain, melestarikan sejarah dan kebudayaan di Alor dan melestarikan keragaman bahasa daerah di Alor.
Anis memaparkan, FCRA yang akan digelar secara daring/online tersebut merupakan luaran dari kegiatan Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK). Konsep festival memadukan antara pendekatan tradisi lisan dan tradisi tulis.
Peserta
Para peserta, sebut Anis, adalah masyarakat Alor yang dibagi dalam dua kategori, yaitu: Pertama, SMA/SMK sederajat. Kedua, mahasiswa dan Umum. Namun, jelas Anis, sebelumnya, para peserta akan dibekali workshop penelitian sejarah, budaya dan kepenulisan. Setelah workshop, lanjut dia, para peserta nantinya akan menuliskan cerita rakyat berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di wilayahnya masing-masing.
“Mereka wajib mengirimkan karyanya ke dalam dua bahasa, yakni bahasa daerah dan bahasa Indonesia,” jelas Anis. “Dewan Kurator/Juri akan memilih 25 karya terbaik dari masing-masing kategori dan akan melakukan proses seleksi untuk menentukan juara 1-3 dan harapan 1 – 3. Para pemenang berhak atas sejumlah uang pembinaan dan sertifikat. Selain itu, untuk 25 karya terbaik dari setiap kategori akan dibukukan. Berikut adalah rangkaian kegiatan Festival Cerita Rakyat Alor,” sambungnya.
Waktu dan tempat kegiatan, yakni:
1. Pendaftaran dan seleksi calon peserta Lomba Penulisan Cerita Rakyat Alor
Waktu : 22 September s.d 5 Oktober 2021
Tempat : Daring/Luring
2. Workshop Penulisan Cerita Rakyat Alor.
a. Workshop Riset Sejarah
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2021
Waktu : 07.30 s.d 09.30 WITA
Tempat : Daring
Narasumber : Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas, M.A.
(Sejarawan Universitas Negeri Yogyakarta)
b. Workshop Riset Budaya.
Hari/Tanggal :Sabtu, 11 Oktober 2021
Waktu : 10.00 s.d 12.00 WITA
Tempat : Daring
Narasumber : Ahmad Fauzan, M.A. (Antropolog)
c. Workshop Kepenulisan.
Hari/Tanggal : Sabtu, 2Oktober 2021
Waktu :13.00 s.d 15.00 WITA
Tempat : Daring/Online
Narasumber : Maria Ratih Fernandes, S.S. (Penulis Muda asal Nusa Tenggara Timur)
3. Lomba Penulisan Cerita Rakyat Alor.
Periode Penulisan : 15 Oktober s.d 3 November 2021
4. Seminar Nasional.
Tema : Keragaman Budaya Alor: Sejarah, Budaya dan
Bahasa
Hari/Tanggal : Sabtu, 6November 2021
Waktu : 09.00 s.d 12.00 WITA
Tempat : Daring/Online
Pembicara :
1) Prof. Dr. Drs. Simon Sabon Olla, M.Hum(Universitas Nusa Cendana, Kupang)
2) Prof. Dr. Paschalis Maria Laksono, M.A (Antropolog UGM)
3) Dra. Cok Istri Suryawati, M.Si (Sejarawan Balai Pelestarian Nilai Budaya, Bali-NTT-NTB)
5. Puncak Acara Festival (Penjurian dan Pengumuman Pemenang Lomba Penulisan Cerita Rakyat Alor).
Hari/Tanggal : Minggu, 20 November 2021
Waktu : 08.00 s.d 12.00 WITA
Tempat : Daring/Online
Dewan Kurator dan Juri, yang dilibatkan dalam kegiatan FCRA, yakni: Prof. Dr. Drs. Simon Sabon Olla, M.Hum (Akademisi Universitas Nusa Cendana, Kupang), Dr. Fredi A.Kande, M.Pd (Akademisi Universitas Tribuana Kalabahi, Alor), Mesak Tapua Blegur, S.Pi (Dinas Kebudayaan Alor), Gabriel A.K.Beri Binna (Tokoh Masyarakat Alor dan Anggota DPRD NTT), Jefta Atapeni S.Pd (Pegiat Budaya Alor), Ferdinan F,Fraring, S.Pd(Pegiat Budaya Alor), Aan Ratmanto, M.A (Sejarawan, Dosen UIN RM Said dan Peneliti Sejarah & Budaya Alor) dan Ahmad Fauzan, M. A (Antropolog dan WR 1 Universitas NU NTB, Lombok).
Anis berharap, semoga rangkaian kegiatan Festival Cerita Rakyat Alor bisa berjalan lancar dan bermanfaat, untuk upaya petahanan Budaya yang dicanangkan oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Tahun 2021.
Anis menyampaikan terima kasih kepada Dinas Kebudayaan Kabupaten Alor dan juga Wadah Titian Harapan yang sudah mendukung serta turut memfasilitasi hingga kegiatan ini terlaksana.***(joka)