Kisah Janda Tak Pernah Dapat Bantuan, Hanya Berjualan di Pasar Hingga Rumahnya Ketimpa Pohon

Sabiha Prasong ketika dilarikan ke RSD Kalabahi untuk mendapatkan perawatan medis/FOTO SHANTI MARO

KALABAHI, WARTAALOR.COM | Sabiha Prasong, warga RT 02/RW 03 Kadelang Kelurahan Kalabahi Timur, Kecamatan Teluk Mutiara, Alor Nusa Tenggara Timur (NTT) menceritakan kisah hidupnya sebagai seorang janda. Setiap harinya Ia hanya berjualan di Pasar Kadelang untuk menyambung hidup.

“Saya jualan di Pasar Kadelang ini bapa..(Wartawan, red). Sekarang saya sudah sakit, tapi saya bingung ini bapa… karena pasar sebentar lagi mau dipindahkan ke Lipa. Saya bingung dengan saya punya jualan. Orang mau bongkar pasar untuk bangun baru. Kalau orang kantor yang bongkar nanti dong bikin rusak saya punya jualan ini bapa…,” ujar Sabiha Prasong dengan mata berkaca-kaca ketika WARTAALOR.COM menemuinya di Rumah Sakit Daerah (RSD) Kalabahi, Senin, 19 April 2021.

Bacaan Lainnya

Tepatnya di sal wanita, kondisi tubuhnya yang terbaring lemah, tangannya tertancap selang infus, Sabiha menceritakan kisah hidupnya setelah ditinggal sang suami sekitar 6 tahun lalu. Tanah tempat Ia tinggal juga hanya sementara. “Tanah itu orang punya,.. kami hanya numpang tinggal. Saya dengan anak perempuan…dia masih honor di Kantor Capil,” kisah janda 60 tahun ini.

Sabiha Prasong dilarikan ke RSD Kalabahi karena sakit pada bagian tubuh dan kepala saat tertimpa pohon kapok di rumahnya di Kadelang. Biaya rawat inap ditanggung Camat Teluk Mutiara Ridwan Nampira dan Alor Creative Market (ACM) yang pengurusnya Shanti Maro dan Adi Gerimu.

Ketika ditanya apakah sejauh ini ada perhatian pemerintah berupa bantuan dan lainnya yang didapatkan atau tidak? Sabiha jawab tidak ada. “Saya tidak dapat bantuan, BLT juga tidak ada. RT RW dong tidak daftar saya punya nama. Saya sudah pernah lapor nama tapi tidak ada tindak lanjut jadi biar sudah. Saya hanya pernah terima bantuan sembako dari Ibu Enny Anggrek,” kisah Sabiha sembari mengakui hanya pernah mendapat bantuan pemerintah di masa Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) periode pertama.

Sebelumnya, berita Radar Pantar, kisah salah seorang janda, Sabiha Prasong yang ketimpa pohon kapok, Minggu 4 April 2021 silam akibat hujan deras disertai angin kencang.  Warga RT 02/RW 03 Kelurahan kalabahi Timur, Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor ini mengaku kesal dengan (BPBD) Badan Penanggulangan Daerah Kabupaten Alor.  

Janda berusia 60-an tahun ini terpaksa diungsikan ke kos-kosan milik Ketua RT di lingkungan tempat tinggalnya di Kadelang bawah karena rumah dan dirinya tertimpa pohon kapok tua di pinggir rumahnya. Pasalnya, pohon kapok berukuran besar itu tumbang dengan akarnya, Minggu 04 April 2021 sekitar pukul 05.00 wita karena hujan lebat yang mengguyur wilayah itu disertai angin kencang.   

Akibatnya, rumah tinggalnya mengalami rusak berat, serta janda tua itu ketimpa pohon ketika bergegas keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Rumah janda Sabiha Prasong mengalami kerusakan berat akibat ketimpa pohon kapok

Ditemui di sela-sela menerima bantuan paket sembako dari Alor Creative Market (ACM), Sabiha Prasong yang masih terbaring lemas di sebuah kamar kos milik RT setempat dengan nada tertatih-tatih mengatakan jika sudah melakukan perawatan media tetapi belum juga sembuh.

Kepada Camat Teluk Mutiara Ridwan Nampira, S.Sos dan pihak ACM, Prasong menerangkan bahwa seluruh badannya masih mengalami sakit akibat tertimpa pohon kepuk. “Kita pigi rumah sakit tetapi perawat di rumah sakit bilang tidak apa-apa jadi pulang di rumah saja. Dorang kasih obat tetapi saya tidak tau pung sembuh juga, padahal obat saya sudah minum sampai habis,” ungkap Sabiha Prasong diyakan anaknya Inang Prasong.

Janda tua itu mengaku tiga tahun silam ia sudah menyampaikan permohonan kepada BPBD Kabupaten Alor agar pohon kapok di halaman rumahnya itu ditebang. Sayangnya, ia dan keluarga diminta pihak BPBD Alor untuk menunggu saja di rumah. Janji menunggu di rumah dari pihak BPBD Alor tak kunjung datang hingga akhirnya pohon kapok itu tumbang dengan akarnya merusak rumah tinggal janda itu dan menimpah dirinya.

“waktu saya ke kantor bencana itu saya ketemu Sekretarisnya. Saya sempat masuk di dalam dia pung ruangan duduk omong dengan dia, jawabannya kapan … kapan … sampai terjadi begini ne,” ungkap Sabiha Prasong di pembaringan.

Dengan linangan air mata janda tua itu mengatakan, kira-kira dorang pung mau ini ne harus bagaimana … dibayar atau bagaimana … sudah tiga tahun tetapi tidak pernah dorang datang lihat juga. Kejadian ini bukan saya sendiri yang kena, seluruh NTT kena, cuma saya agak sedikit menyesal karena saya sudah kasih masuk permohonan

Waktu saya pigi kantor bencana alam Sekretaris (Esau Lobain-Red) minta saya suruh ambil keterangan di lurah dulu. “Jadi, saya datang ambil. Saya datang omong ibu lurah ambil surat keterangan langsung antar pigi kasih masuk, saya langsung masuk omong dengan sekretaris BPBD, dorang pung jawaban bilang pulang ko tunggu saja … hanya begitu saja,” terang Prasong.

“Kita tidak sekolah jadi kita tidak tahu dia pung aturan sebenarnya seperti apa tetapi bilang kantor bencana ini yang punya wewenang untuk yang begitu-begitu dorang jadi saya pigi kasih masuk permohonan tetapi sampai hari ini jadi begini ne … sedikit ada penyesalan begitu,” ungkapnya dalam dialeg Alor.

Kepala Kelurahan Kalabahi Timur, Siti Kamahi juga membenarkan jika keluarga Prasong sudah meminta keterangan dari kelurahan untuk dibawah ke BPBD Kabupaten Alor. Tetapi tidak ada respon dari pihak BPBD Alor hingga pohon tumbang dan memakan korban jiwa.

Rahman Usman Duka, korban patah kaki akibat ketimpa pohon saat badai Siklon Seroja menghantam wilayah Kabupaten Alor baru-baru ini

Rahman Usman Duka, Korban Badai Seroja Kaki Patah Ketimpa Pohon

Terpisah, Rahman Usman Duka, seorang warga di Desa Air Kenari Kecamatan Teluk Mutiara juga mengalami patah kaki bagian paha akibat ketimpa pohon saat badai Siklon Seroja menghantam wilayah Kabupaten Alor, 4 April lalu. Berdasarkan hasil rongseng medis memperlihatkan tulang paha bagian kanan patah. Rahman Duka kini sedang perawatan tradisional di rumah saudaranya di Air Kenari.

Ketika ditemui WARTAALOR.COM Senin, 19 April Rahman menceritakan musibah yang menimpa dirinya pada Minggu, 4 April lalu. Tempat kejadiannya masuk wilayah Desa Lendola atau persis sebelah kali Air Kenari yang berbatasan dengan Desa Lendola. “Waktu itu pagi-pagi. Hujan deras terus angin kencang jadi pohon asam tumbang hantam rumah. Pas saya ada didalam rumah, rumah roboh tendes saya jadi kaki patah,” kisah Rahman Duka.

Rahman berharap, atas musibah yang menimpanya hingga mengakibatkan dirinya korban patah kaki semoga ada perhatian pemerintah. *(Joka)

Pos terkait