KALABAHI, WARTAALOR.COM | Direktur PT. Karya Baru Calisa, Agustinus Tjung menegaskan pihaknya siap bertanggungjawab apabila Ruas Jalan Kokar-Tulta-Mali di Kecamatan Alor Barat Laut (ABAL) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sedang dikerjakan itu terdapat kerusakan. Bos Acui, begitu sapaan akrab menyatakan akan melakukan perbaikan jika Proyek Jalan Provinsi dengan nilai Rp 11,7 Miliar tersebut ada item-item yang terdapat kerusakan, sebagaimana disampaikan Kristian Kurang dalam berita WARTAALOR.COM edisi sebelumnya.
Menurut Acui, warga ABAL Kristian Kurang sebelumnya mengingatkan kepadanya agar proyek pekerjaan jalan tersebut dikerjakan dengan baik, adalah bentuk dukungan dan motivasi baginya agar bisa bekerja lebih baik. Karena itu, dirinya menyampaikan terima kasih kepada Kristian Kurang.
“Saya rasa saya orang Alor, karena memang saya tinggal di Alor. Karena itu tentu saya kerja dengan baik. Kita semua orang Alor dan sebagai bentuk rasa memiliki terhadap daerah kita saya kerja dengan baik. Saya cari untung tapi saya juga jaga nama baik saya. Saya tidak mau nama saya rusak karena kerja tidak baik,” tandas Bos Acui saat gelar Jumpa Pers di kediaman pribadi di Jembatan Hitam Kelurahan Mutiara Kecamatan Teluk Mutiara, Jumat, (12/3/21).
Acui mengatakan, namanya setiap proyek pekerjaan apapun kelalaian pasti terjadi sebagai manusia biasa. Akan tetapi dirinya tidak mungkin lari dari tanggung jawab untuk menyelesaikannya. “Kita semua putra daerah, termasuk saya. Saya mau lari pigi mana? Tidak mungkin. Dan kerja dalam musim hujan begini jelas banyak resiko tapi mau bagaimana saya tetap bertanggung jawab,” tandasnya.
Sementara itu, GS PT Karya Baru Calisa Julian Malaikari, ST mengatakan, terkait dengan pembangunan saluran yang diprotes warga karena pertimbangan teknis. Menurut Malaikari, pihaknya siap membangun saluran sepanjang 300 meter setelah melakukan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi NTT.
“Jadi warga mesti bersyukur karena ada sejumlah item pekerjaan diluar kontrak kami bangun seperti gorong-gorong. Semua ini kami lakukan dengan maksud supaya akses keluar masuk kendaraan aman. Nah…kalau soal saluran yang ada itu kan masih baik. Daripada bongkar lalu bangun lagi lebih baik anggarannya kita alihkan ke item lain dalam proyek pekerjaan jalan itu. Mungkin penambahan volume aspal kan bisa,” ungkap Malaikari.
Menurut Malaikari, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Dinas PU NTT karena masyarakat minta agar 300 meter versi mereka itu juga harus dibangun. Jawaban dari Dinas PU NTT mereka setuju agar 300 meter saluran lama itu dikerjakan oleh kontraktor sesuai harapan masyarakat.
“Baru-baru Bapak Camat juga sudah panggil kami. Beliau minta supaya tetap dikerjakan. Nanti kami bongkar lalu kerja ulang tetapi kami masih menunggu sejumlah administrasi. Karena usulan masyarakat tidak bisa kita omong saja di Dinas PU, harus tertulis,” tandasnya.
Dia mengatakan, ada beberapa item pekerjaan yang masih baik tetapi dikomplian warga sehingga dibongkar. Padahal, jika tidak dibongkar maka anggarannya bisa dialihkan untuk penambahan volume aspal. “Ya..kan anggaranya bisa kita alihkan untuk penambahan volume, biar kasih lebih meskipun diluar RAB,” ungkapnya.
Konsultan Pengawas Sc Entho Atalehi, ST dari CV El Emunah/Site Engineer menjelaskan dirinya bersama 6 orang staf pengawas selalu memonitoring pekerjaan tersebut. “Staf saya ada 6 orang mereka tiap hari monitor pekerjaan. Mereka kontrak rumah di Kokar dan tinggal disana untuk pantau pekerjaan,” tandas Entho Atalehi.
Dia mengatakan pihaknya selalu melakukan koordinasi dengan staf pengawas yang memantau pekerjaan di lapangan. Karena itu jika ada warga yang menyebut proyek tersebut kurang pengawasan itu keliru.
Atalehi mengatakan, pihaknya sudah turun langsung ke lokasi untuk mengidentifikasi persoalan. Setelah diidentifikasi pihaknya sudah mengetahui persoalan yang terjadi. “Karena memang proyek sedang dikerjakan di musim hujan dan juga banjir. Sehingga kalau ada masalah langsung kami tahu untuk dicari solusinya,” tandas Atalehi. *(Joka)