Fakultas Pertanian dan Perikanan UNTRIB Kalabahi Gelar Seminar Pangan Lokal dan Isu Stunting

Kalabahi, wartaalor.com – Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Tribuana (UNTRIB) Kalabahi Kabupaten Alor, NTT menggelar seminar tentang bagaimana meningkatkan kualitas pangan lokal sebagai salah satu cara penanggulangan stunting. Sebagaimana tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut yakni Pengendalian dan Percepatan Kualitas Pangan Lokal Sebagai Manifestasi Penanggulangan Stunting di Kabupaten Alor.

Kegiatan seminar sehari dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia ini berlangsung di Aula Kampus UNTRIB Kalabahi, Jumat, 17 November 2023 dan menghadirkan beberapa pemateri baik dari Dinas Pangan Kabupaten Alor, Dinas Kelautan dan Perikanan dan juga dari Akademisi.

Bacaan Lainnya

Seperti pantauan wartaalor.com, Ibrahim Koly selaku pemateri pertama dari Dinas Pangan Kabupaten Alor menyampaikan materi tentang Penguatan Integrasi Peningkatan Ketahanan Pangan dan Gizi Untuk Penurunan Stunting. Ibrahim mengatakan, ada 3 aspek ketahanan pangan dan gizi menjadi pionir upaya penanggulangan stunting yakni aspek ketersediaan pangan, aspek keterjangkauan pangan dan juga aspek pemanfaatan konsumsi pangan berkualitas.

Ibrahim menjelaskan, ketahanan pangan dan gizi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 17 tahun 2015 adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi negara sampai dengan perseorangan. Hal ini tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam memenuhi kecukupan gizi merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk mewujudkan status gizi yang baik agar hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

Terkait upaya penurunan Stunting, jelas Ibrahim, maka situasi ketersediaan pangan dan pola konsumsi pangan tercermin dari capaian kecukupan ketersediaan gizi maupun gizi yang dikonsumsi yang digambarkan dari tingkat ketersediaan maupun mutu keanekaragaman pangan yang ditunjukkan oleh Pola Pangan Harapan (PPH).

Pemateri kedua Muhammad Koko dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor juga menjelaskan tentang Pengembangan Ragam Produk Olahan Perikanan Sebagai Prioritas Percepatan Penurunan Stunting. Muhammad menjelaskan, Kabupaten Alor dari karakteristik lokasi wilayah memiliki luas wilayah yang cukup yakni 13.702.50 Km persegi.

“Sebelah utara berbatasan dengan laut Flores, timur dengan Selat Wetar, selatan dengan Selat Ombay dan perairan negara Republik Demokrat Timor Leste serta sebelah barat dengan Selat Alor,” ujar Muhammad.

Dari luas wilayah tersebut, jelas Muhammad, Kabupaten Alor sebagai kabupaten dengan gugusan pulau yang memiliki potensi keanekaragaman sumber daya alam yang memiliki potensi pertanian, perikanan, kehutanan dan sumber daya energi mineral yang dapat dikelola secara baik dan dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dengan demikian, lanjut Muhammad, pembangunan perikanan merupakan salah satu pembangunan sektoral yang diharapkan mampu memberikan kontribusi secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah dan pembukaan lapangan kerja. Hal ini sebagai salah satu sumber mata pencaharian tetap bagi masyarakat kabupaten Alor.

“Untuk memanfaatkan potensi perikanan maka perlu adanya kebijakan pembangunan perikanan yaitu pembangunan produk usaha dan jenis olahan produk perikanan,” ujar Muhammad.

Muhammad menjelaskan bahwa, pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan yang mentransformasikan bahan-bahan hasil perikanan sebagai input menjadi produk yang memiliki nilai tambah atau nilai ekonomi lebih tinggi sebagai outputnya.

Muhammad mengakui bahwa di Kabupaten Alor khusus di bidang perikanan memiliki potensi yang mumpuni namun belum dikelola secara maksimal karena banyak faktor.

“Kekayaan alam kita sangat melimpah cuma kita belum memanfaatkan secara maksimal. Dari batas-batas wilayah perairan yang ada kita memiliki peluang yang besar jika kita memanfaatkan potensi yang ada baik potensi pertanian, perikanan maupun kehutanan. Dari topografi yang ada kita juga cukup dekat dengan Timor Leste. Apa kita berupaya meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mendorong produk-produk olahan yang ada pada kita,” pungkas Muhammad.

Menurut Muhammad, untuk pangan lokal ikan, kita masih sebatas mengkonsumsi tetapi belum berupaya untuk meningkatkan nilai ekonomi dengan berbagai cara melakukan pengolahan melalui pelaku usaha.

Dekan Fakultas Pertanian dan Perikanan UNTRIB Kalabahi, Evrin A Dollu, S.Pi, M.Si mengatakan, dengan adanya kegiatan ini yang pertama bahwa dalam penyiapan SDM, dan pihak kampus terus berupaya semaksimal mungkin.

“Selain itu, kami perlu berkolaborasi dengan pihak sekolah kejuruan, pemerintah untuk bagaimana prospek kedepan dalam hal pangan lokal. Dengan begitu beraneka ragam pangan seperti umbi-umbian yang bisa kita kelola menjadi produk unggulan untuk bisa menghasilkan satu produk yang mampu menanggulangi masalah stunting,” ujar Evrin.

Untuk program studi sendiri, lanjut Evrin, sudah banyak kegiatan yang sudah kami dilakukan. Mulai dari penelitian mahasiswa terkait pengolahan bahan lokal menjadi bahan makanan yang siap pakai.

“Hanya memang kita terkendalanya adalah penelitian mahasiswa ini hanya sebatas produk yang ketika dimunculkan di expo itu yang kurang,” pungkas Evrin.

Meski demikian, lanjut Evrin, melalui kegiatan ini Fakultas Pertanian dan Perikanan ada dan bisa dikenal banyak orang. Sehingga melalui kegiatan ini juga kita sama-sama berbagi ilmu untuk nantinya bagaimana kita bisa menciptakan peluang-peluang usaha dari pengolahan produk pangan lokal yang ada.

Evrin selaku dekan fakultas, pihaknya mengharapkan kegiatan ini tidak boleh putus tetapi terus berkelanjutan.

Sementara itu, Ketua Panitia Dr. Jahved Ferdianto Maro menyebut stunting sudah menjadi isu nasional. Di Kabupaten Alor sendiri, angka stunting sudah turun menjadi 10 persen per data bulan September 2023. Menurut Jahved, hal ini menunjukkan bahwa Alor mampu menurunkan angka stunting bisa sampai dengan nol persen apabila dari sejumlah pangan ini bisa kita kelola menjadi pangan lokal yang bermutu, gizi dan kualitas.

“Untuk Alor sendiri kami tidak meyakini bahwa stunting itu menjadi isu. Karena kita berada di wilayah pesisir pantai yang mampu mensuplai protein dari ikan itu sangat tinggi,” ungkap Jahved.

Namun dari segi pengelolaan, lanjut Doktor Jahved, seperti lokasi yang susah terjangkau untuk bagaimana mendroping bahan-bahan sampai pada lokasi tersebut. Sebab terkadang kita masih sebatas berpikir kenyang dulu, sedangkan protein dan gizi kemudian.

“Dan ini yang mendorong fakultas pertanian dan perikanan untuk melakukan suatu pendekatan yang sifatnya kolaborasi. Untuk bagaimana kita menyamakan persepsi antara stakeholder terkait. Baik yang menangani stunting maupun pangan. Sehingga dengan demikian kita bisa melakukan upaya penanggulangan stunting yang ada,” jelasnya.

Jahved melanjutkan, kami fakultas pertanian dan perikanan mempromosikan sekaligus mau menunjukkan bahwa kami ada di tengah masyarakat dan siap berkolaborasi dengan stakeholder terkait untuk kita sama-sama melakukan upaya penanggulangan stunting.

Menurut Jahved, Kabupaten Alor sebenarnya kaya akan pangan lokal dan bergizi. Dan ini seharusnya bisa menopang dan menjamin stunting itu bisa turun hingga nol persen. ***(joka)

Pos terkait