Kalabahi, wartaalor.com – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Julie Sutrisno Laiskodat melakukan kunjungan kerja untuk yang kesekian kalinya di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin, (20/2/23). Kali ini Bunda Julie (sapaan akrab Julie Sutrisno Laiskodat) menjadi narasumber dalam sosialisasi Kebijakan Perikanan Budidaya Ikan di Aula Kantor Desa Lendola Kecamatan Teluk Mutiara.
Kegiatan yang dipandu Merlinda Yeanny Rosanty Maro, Bacaleg DPRD Alor Dapil 1 ini terlaksana atas kerjasama Dirjen Produksi dan Pengolahan Budidaya pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan DPR RI. Usai kegiatan sosialisasi, Bunda Julie dan pihak KKP memantau Budidaya Ikan Lele sistem Bioflok kelompok Molmate di wilayah itu.
Dalam kesempatan itu, Bunda Julie mengajak masyarakat Alor rajin makan ikan, seperti ikan lele untuk meningkatkan imunitas tubuh, serta mencegah Stunting. Sebab ikan lele memiliki protein yang tinggi yang bisa menambah gizi terutama bagi anak-anak yang Stunting.
“Harus rajin makan ikan, sebab ikan memiliki banyak protein. Jangan sampai kita malas makan ikan, tidak boleh. Paling tidak, saya mau generasi kita atau anak-anak yang kita lahirkan nanti mereka menjadi anak-anak yang sehat, anak-anak yang cerdas hanya karena makan ikan,” ujar Bunda Julie.
Istri Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat ini mengatakan, mengkonsumsi ikan sangat penting untuk meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh. Sebab ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein dan Omega-3, serta sangat relevan untuk mendukung program prioritas penanganan Stunting dan juga meningkatkan kecerdasan.
Bunda Julie juga berkunjung ke SMK Negeri 1 Kalabahi dan meminta kepada siswa-siswi di sekolah itu untuk lebih tingkatan belajar tentang bagaimana mendesain sebuah program yang bisa dijual ke perusahaan yang membutuhkan bidang keahlian tersebut.
“Saya yakin guru kalian disini ilmunya kurang-kurang. Tetapi tidak apa-apa harus belajar lebih baik lagi karena kalau ilmu kalian hanya segini tidak akan laku untuk mencari kerja,” ujar Bunda Julie memberikan motivasi.
“Mohon maaf kepala sekolah. Harus naikkan level maksud saya. Bukan hanya sebagai manual akuntannya saja tetapi bagaimana bisa membuat program ilmu akuntan tersebut,” tambah Anggota Komisi IV DPR RI itu.
Begitu juga tentang bidang studi administrasi atau tata kelola. Bunda Julie mencontohkan seperti bidang pariwisata, NTT yang sangat kaya pariwisatanya tetapi kenapa harus Bali yang terkenal. Menurutnya, Bali itu terkenal secara nasional maupun internasional karena mereka sudah mempromosikan pariwisatanya sekitar 60 tahun silam. Sehingga saat ini mereka menikmati hasil dari promosi itu.
Di NTT, kata Bunda Julie, Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat mencanangkan pariwisata sebagai penggerak ekonomi. Wisata kita, menurut Bunda Julie, jauh lebih bagus dari Bali, seluruh kabupaten di NTT rata-rata memiliki obyek wisata yang menarik perhatian.
Sementara itu, Direktur Produksi dan Pengolahan Budidaya pada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Ir. Arik Hariwibowo, M.Si mengatakan, jumlah penduduk di dunia terus bertambah. Itu artinya, kebutuhan akan sandang pangan dan papan harus terpenuhi. Sebab kalau tidak terpenuhi, bisa mengakibatkan terjadinya kebodohan, kekerdilan dan orang mudah sakit.
Selain itu, bisa juga menimbulkan kriminalitas seperti pertikaian, pencurian maupun perampokan dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan itu, kata Hariwibowo, perikanan punya potensi yang baik untuk ikut menyumbangkan ketahanan pangan di bidang pemenuhan gizi dan kebutuhan pangan akan protein.
“Dan menu protein itu tidak harus dari daging sapi dan ayam. Tidak harus yang mahal, ikan pun tidak kalah kualitasnya untuk memenuhi gizi kita, supaya kita sehat dan juga kita bisa pintar. Karena ikan proteinnya cukup tinggi, kandungan kalsium banyak itu memperkuat tulang kita. Sehingga badan kita menjadi kuat gigi kita tumbuh dengan sehat, otak kita menjadi cerdas karena proteinnya tinggi,” jelas Hariwibowo.
Dia menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kualitas gizi bagi tubuh kita, tidak harus mengkonsumsi daging kambing, sapi maupun ayam. Tidak harus yang mahal-mahal. Ikan lebih murah tetapi gizinya sangat baik untuk kesehatan. Jadi ikan adalah salah satu pengganti kebutuhan gizi kita.
Hariwibowo menyinggung soal data FAO yang menyebut semakin tahun kebutuhan manusia akan ikan itu semakin dipenuhi dari budidaya.
“Mengandalkan dari budidaya ke depan tidak lagi mengandalkan perikanan tanggap, karena sebuah kolam perikanan di laut kita itukan volumenya tetap saja tetapi ikannya tiap hari kita tangkap. Belum sempat besar kita tangkap lagi sehingga potensi untuk musnah, untuk tidak memenuhi gizi kita itu akan semakin besar,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa, satu-satunya cara ke depan dengan jumlah penduduk yang semakin banyak dan semakin pintar karena mereka tahu bahwa ikan proteinnya tinggi dan tidak berbahaya, adalah berbudidaya ikan. Sebab dengan begitu kita bisa mengatur ikan yang kita pelihara jenis apa.
“Mungkin masyarakat disini sukanya ikan jenis nila warna hitam tetapi masyarakat di Jawa lebih suka suka ikan nila warna merah. Nah itu kita bisa menyesuaikan. Tekhnologi pembenihan dan pemeliharaan harus juga dikuasai,” tandas Hariwibowo. ***(joka)