Kalabahi, wartaalor.com – Melianus Maure, warga RT 10/RW 04 Kelurahan Welai Barat Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor, NTT diperlakukan tidak adil terkait penyaluran bantuan rumah bencana dari pemerintah. Pasalnya, nama Melianus diduga dihapus dari daftar penerima bantuan rumah bencana kategori rusak berat.
Ketika ditemui Wartawan di Welai Barat, Kamis, (9/2/23), Melianus menceritakan pada tahun 2022 lalu sekitar bulan Januari terjadi banjir besar akibat hujan deras yang mengguyur hampir seluruh wilayah Kabupaten Alor. Peristiwa ini membuat rumah tinggalnya di Welai Barat rusak berat dan hanyut terbawa banjir. Tak ada satu bagian pun tertinggal, hanya bekas pondasi yang masih ada saat ini.
Selain Melianus, ada beberapa warga lainnya di wilayah itu juga mengalami kerugian harta benda akibat bencana alam tersebut. Sehingga ketua RT kala itu Benyamin Penata melakukan pendataan nama-nama warga yang terkena dampak agar diusulkan ke pemerintah daerah melalui lurah guna mendapat bantuan.
Sesuai ketentuan, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran pekerjaan rumah bencana Seroja menurut kategori yaitu rusak ringan Rp 10 juta, rusak sedang Rp 25 juta dan rusak berat sebesar Rp 50 juta rupiah.
Melianus Maure kakek 73 tahun yang saat ini tinggal seorang diri karena istri dan satu anak sudah meninggal dunia, tercatat sebagai penerima bantuan rumah bencana dengan kategori rusak berat. Jika di taksasi dengan uang, Melianus seharusnya mendapat Rp 50 juta rupiah untuk bangun rumah baru.
Setelah nama diusulkan, Melianus mengaku selang beberapa lama kemudian ada petugas yang datang dan memintanya uang Rp 75 ribu untuk pengurusan dokumen agar bisa dapat bantuan rumah, tetapi Ia tidak tahu petugas tersebut dari kantor mana.
“Ada petugas yang datang minta uang 75 ribu untuk beli materai, jadi saya kasih. Terus saya tunggu-tunggu ini bantuan tidak datang juga. Jadi saya ke kantor bencana untuk minta kembali saya punya uang Rp 75 ribu, supaya saya pakai beli makan minum tapi tidak ketemu itu petugas,” kisah Melianus yang saat diwawancarai didampingi Ketua Majelis Imanuel Ruilak, Pdt. Un Ninu Budi Isak Holbala S,Si dan pemuda setempat seperti Jimer Manimau, Alpius Gabriel Onmau, Benyamin Penata dan beberapa pemuda lainnya.
Kakek Melianus Maure yang dalam aktivitas keseharian sebagai pekebun ini mengisahkan, saat dirinya mendatangi kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Alor dengan maksud meminta kembali uang Rp 75 ribu yang katanya untuk beli materai, Ia malah dikasih selembar kwitansi pembayaran upah tukang Rp 2 juta rupiah. Tetapi Ia sudah lupa nama petugas BPBD yang kasih kwitansi itu.
“Saya pigi di kantor bencana minta kembali saya punya uang 75 ribu untuk beli makan minum, tapi petugas malah kasih saya kwitansi upah tukang. Seperti saya sudah terima uang bantuan rumah ko ada pakai, padahal saya belum terima apa-apa. Saya juga heran,” ujar Melianus sambil memperlihatkan selembar kwitansi tanpa cap maupun asal dinas instansi kepada Wartawan.
Karena namanya sudah diusulkan, Melianus terus menunggu kapan bantuan rumah tersebut Ia terima.
“Ini kan bencana, saya tidak ingin saya punya rumah ini harus rusak tapi kan bencana ya tidak bisa kita hindari. Jadi kalau memang bantuan itu ada nah kasih tidak ada juga tidak apa-apa,” ujar Melianus menambahkan.
Dia mengaku, baru-baru ini ada petugas yang datang lagi dengan maksud mengambil dokumentasi foto rumah bantuan. Tapi karena rumah bantuan Seroja belum ada, petugas tersebut mengambil gambar rumah bantuan Gereja melalui program diakonia dari Jemaat Imanuel Ruilak.
Diduga dokumentasi foto itu untuk keperluan pelaporan seolah-olah Melianus sudah terima bantuan rumah bencana.
“Petugas dia suruh saya berdiri di depan ini rumah (sambil menunjuk rumah bantuan Gereja) ko dia mau foto saya, jadi saya bilang ini rumah Gereja yang bangun. Kalau mau foto saya nah kita turun di tempat rumah yang rusak baru foto saya. Tapi itu petugas jawab bilang tidak ini kita hanya foto sementara saja,” ujar Melianus diakui Ketua Majelis Imanuel Ruilak, Pdt. Un Ninu Budi Isak Holbala. Pdt. Holbala mengaku, tahun 2022 lalu Majelis Jemaat Gereja Imanuel Ruilak melakukan bedah rumah Melianus Maure melalui program diakonia.
Sekitar akhir bulan Januari 2023, lanjut Melianus, tiba-tiba ada petugas yang datang menggunakan mobil pick up dengan membawa bahan material berupa seng 30 lembar, semen 19 sak, kloset duduk 1 buah, pipa paralon 1 batang ditambah paku seng dan paku biasa 3 kg. Katanya bahan itu untuk renovasi rumahnya yang rusak akibat bencana Seroja.
“Petugas itu datang dia hanya omong bilang sisa uang masih proses. Tapi tidak jelaskan ke saya bahwa material yang sudah antar datang ini dari kantor mana, terus nanti kerjanya bagaimana,” ujar Melianus dengan sedikit mengeluh karena kekurangan penglihatan. Aktivitas keseharian pun Ia harus menggunakan alat bantu tongkat.
Melianus Maure kemudian didampingi Pdt. Holbala dan beberapa pemuda mendatangi kantor BPBD dan kantor Kelurahan Welai Barat dengan maksud meminta penjelasan terkait bantuan rumah bencana tersebut.
Sementara Lurah Welai Barat Julius Max Marokang, A.Md dalam kesempatan itu menjelaskan, kakek Melianus Maure sudah diusulkan namanya ke kantor BPBD tahun 2022 lalu untuk mendapatkan bantuan rumah dengan kategori rumah rusak berat. Namun usulan yang dinaikkan sampai saat ini belum ada realisasi.
Menurut Julius, untuk bahan material berupa seng, semen, paku dan lain-lain yang diantar oleh seorang petugas adalah bantuan renovasi rumah bencana Seroja tahun 2021.
“Material yang sudah ada itu bantuan bencana Seroja tahun 2021 punya. Karena waktu Seroja itu bai (Melianus Maure) punya rumah gudang miring. Tidak ada kerusakan berat. Nanti tahun 2022 itu yang hujan deras ko bai punya rumah banjir bawa, dan itu nama sudah diusul tapi bantuan belum ada realisasi,” jelas Lurah Julius.
Dalam pertemuan itu, Pdt. Holbala dan pemuda meminta Lurah Julius Max Marokang agar menghadirkan petugas (fasilitator) yang melakukan validasi data penerima bantuan Seroja untuk didengar keterangannya. Sebab, kalau bahan material yang sudah diturunkan itu untuk renovasi rumah kakek Melianus dengan kategori hanya rusak ringan, berarti ada kemungkinan nama penerima dihapus dari kategori rusak berat menjadi rusak ringan.
Sekretaris BPBD Kabupaten Alor, Drs. John Sakalla yang hendak dikonfirmasi Wartawan enggan berkomentar. Dia hanya meminta Wartawan bertemu langsung Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Marthen Maubeka, SH.
“Om dorang nanti bertemu langsung dengan bapa kepala saja. Beliau masih di Alor Selatan jadi besok (Jumat, 10/2) baru datang,” ujar John Sakalla.
Jumat, (10/2) pagi Wartawan kembali datangi kantor BPBD yang berlokasi di bilangan Batu Nirwala guna mengkonfirmasi Kalak BPBD Marthen Maubeka, tapi yang bersangkutan tidak ada di kantor. Wartawan berulang kali menghubungi melalui nomor telepon tetapi tidak ada jawaban.
Dua Wartawan senior, Linus Kia dan Oktovianus Manehat juga menghubungi Marthen Maubeka baik telepon langsung maupun pesan WhatsApp tapi tidak dibalas sama sekali hingga berita ini naik tayang. ***(joka)