Kalabahi, wartaalor.com – Amon Djobo, sesepuh Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan dukungan politiknya kepada H. Abdul Madjid Nampira dan Seprianus Kaminukan sebagai calon bupati dan wakil bupati dalam Pilkada Alor 2024. Amon Djobo menyampaikan hal ini secara terang-terangan saat acara silahturahmi di kediaman Abdul Madjid Nampira di Kampung Raja Kelurahan Kalabahi Kota Kecamatan Teluk Mutiara, Rabu, (21/8/24) pagi.
Menurut Mantan Bupati Alor Dua Periode ini, sebagai orang tua Alor atau sesepuh, tetapi juga punya hak politik yang melekat untuk memilih dan dipilih.
“Saya datang ini diundang oleh keluarga, untuk menyampaikan bimbingan, arahan. Tetapi kalau soal pilihan ya…Kaka Madjid itu ya saya sudah, Om Sepri ya saya sudah. Lalu Saya mau pigi mana lagi. Nah ini soal”, ungkap Amon Djobo
Amon melanjutkan, musim politik seperti saat sekarang ini biasanya para kandidat diperhadapkan banyak tantangan. Sehingga kandidat harus kuat menghadapi tantangan tersebut. Tantangan yang Amon maksudkan seperti saling adu domba antara pendukung kandidat yang satu dengan yang lain. Kemudian saling menjatuhkan.
“Saya sudah berulang kali lewati hal-hal yang begini. Musim musim begini itu yang pertama gosip. Yang kedua itu saling kita baku kasih salah orang. Padahal tidak tahu dia juga ada buat atau tidak, itu sudah pasti. Yang ketiga itu mau merendahkan orang punya martabat dan kehormatan, baik secara keluarga dan juga pribadi dan saya rasakan itu dalam hidup ini”, kisah Amon Djobo.
Karena itu menurut Amon Djobo, tantangan yang dihadapi ini merupakan resiko politik yang tak mungkin dihindari. Itulah tantangan, diuji dari satu kedewasaan untuk menjadi pemimpin. Sehingga kalau dada ini tidak kuat, berhenti dan tidak usah maju.
Menurut Amon, dirinya diundang keluarga Nampira dan Kaminukan hadiri acara silahturahmi ini, usai massa pendukung maupun simpatisan menjemput Madjid-Sepri di Bandara Mali, sekaligus menyampaikan nasihat dan bimbingan. Baik dalam kapasitas sebagai orang tua, tetapi juga sebagai senior yang mendahului memimpin daerah ini bersama wakilnya, Alm Imran Duru selama 10 tahun.
“Saya datang diundang oleh keluarga untuk menyampaikan bimbingan, arahan. Tetapi kalau soal pilihan ya…Kaka Madjid itu ya saya sudah, Om Sepri ya saya sudah. Lalu saya mau pigi mana lagi. Nah ini soal”, ungkap Amon Djobo.
Sehingga menurut Amon Djobo, keliru kalau ada orang mempertanyakan kenapa sesepuh Alor tapi tidak netral.
“Kira-kira orang bilang ko dia ini tokoh, dia ini sesepuh kenapa jadi tidak netral. Nah ini keluarga undang ini datang sebagai orang tua Alor. Datang kasih nasihat sama dua orang ini, itu saja. Saya bukan pimpinan partai politik. Kalau partai politik itu tadi dua orang su omong, mau kampanye ko setengah kampanye ko itu dorang dua punya urusan. Saya hanya diminta untuk nasihat saya punya basudara dua ini. Sehingga dengan demikian siapa lagi yang undang, saya pigi toh, tetapi tadi saya bilang Madjid siapa, Sepri siapa ini lagi yang jadi soal”, ujar Amon Djobo.
Amon menegaskan, pilihannya untuk mendukung Madjid-Sepri atau dengan slogan Paket AMS bukan soal memang ataupun kalah, tetapi ini soal pilihan politik setiap warga negara yang sudah diatur ketentuan.
“Ini bukan soal menang atau kalah, tetapi ini soal pilihan. Ini yang orang tidak pernah tahu lalu orang mulai omong orang punya pribadi macam-macam. Ini bukan soal menang atau kalah tetapi ini soal pilihan”, tandas Amon Djobo sembari berpesan kepada Madjid-Sepri agar bila terpilih jadi bupati dan wakil bupati nanti dapat mengurus masyarakat Alor secara baik, adil dan merata.
Amon Djobo menandaskan, menjadi seorang pemimpin itu seperti tong sampah. Kerja baik disalahkan apalagi kerja tidak baik.
“Saya ingin berpesan kepada kita semua, bahwa jadi seorang pemimpin itu lebih baik orang tidak hargai daripada dikasih penghargaan. Saya kerja 44 tahun di daerah ini, 30 tahun jadi pegawai negeri sipil, 10 tahun jadi bupati lalu 4 tahun jadi tenaga kontrak daerah. 44 tahun nonstop saya mengabdi di daerah ini, jadi saya tahu lebih baik orang tidak hargai daripada dikasih penghargaan. Sebab orang tidak pikir kita punya baik, orang hanya omong kita punya tidak baik. Dan kita buat baik juga salah apalagi kita buat lebih tidak baik lagi”, ungkap Amon Djobo.
Karena itu, lanjut Amon, menjadi pemimpin di daerah ini ada 3 hal yang ia titipkan. Yang pertama dia harus merawat keberagaman ini. Jadi pemimpin dia harus membawa diri untuk merawat keberagaman ini. Tidak boleh hanya lihat dia Islam dia Kristen, dia harus rawat keberagaman ini dalam genggaman tangan dia.
Yang kedua, ungkap Amon, jadi pemimpin harus rendah hati dan tulus. Jadi pemimpin harus bawa diri ke masyarakat, tidak bisa tidak. Dia harus tidur dibawah gudang dengan masyarakat. Supaya dia tahu masyarakat punya hidup itu begini susah. Dan yang ketiga harus rela berkorban.
“Kalau dia tidak mau berkorban itu agak susah. Sehingga om Sepri kaka Madjid, ini saya titipkan kepada kaka berdua dalam perjalanan bila terpilih menjadi pemimpin di daerah ini”, pesan Amon Djobo.
Amon kembali mengingatkan, bila seorang pemimpin membangun daerah ini dengan sikap tulus dan rendah hati, maka Tuhan memberikan berkat baginya.
“Karena itu kalau di Kristen firman Tuhan bilang yang rendah ditinggikan dan yang tinggi direndahkan. Betul e bapa mama? Ini politik kita harus bawa ke dalam barang begini supaya kita jalan juga bisa ukur diri”, ucap Amon.
Lalu yang berikut, lanjut Amon, mau jadi pemimpin bukan hanya sekedar cari sesuap nasi. Itu kita tidak dapat berkat. Sebab tanah Alor tidak sama dengan tanah 21 kabupaten kota di NTT. Tanah Alor ini tanah terjanji surga di timur matahari. Tanah Alor tanah adat. Tanah Alor tanah pemali. Jadi kalau kerja baik karir panjang umur panjang. Tetapi kalau kerja tidak baik karir pendek umur juga pendek. Percaya saya bicara ini, karena saya sudah rasakan dalam hidup ini. ***(joka)