Program Pompanisasi Pemerintah Tingkatkan Produksi Beras di Berbagai Daerah

<p>Petani saat panen padi di area pertanian di Desa Cikalong, kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (27/9). Musim kemarau yang berkepanjangan berdampak pada target Perum Bulog menyerap produksi beras nasional tahun ini. Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Ali Moeso mengaku pesimis bisa menyamai pencapaian tahun 2009 yang mencapai 3,6 juta ton beras. Padahal target awal Bulog di tahun ini mencapai 4,1 juta ton. Sutarto mengatakan, penyerapan Bulog hingga 6 September 2012 dari dalam negeri telah mencapai 2,94 juta ton. Angka itu meningkat 6,71% dibanding tahun lalu pada periode yang sama. KONTAN/Muradi/30/09/2012</p>

Oleh: Nana Gunawan *)

Bantuan pompa untuk pengairan sawah dan pertanian atau pompanisasi mendapat apresiasi masyarakat khususnya dari para petani. Program ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk mengatasi potensi kekeringan panjang dan mendorong produktivitas pertanian. Tujuannya, agar tidak terjadi penurunan produksi beras. Pompanisasi ini sangat diperlukan untuk mengalirkan air dari sumber air yang berada lebih rendah dibandingkan sawahnya untuk masuk ke irigasi sekunder dan tersier sehingga diharapkan produksi beras bisa panen lebih dari satu atau dua kali dalam satu tahun.

Inisiatif pompanisasi menjadi salah satu Langkah konkret Pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi petani di Indonesia, serta mendukung upaya-upaya peningkatan produksi pangan lokal ataupun nasional, terutama di tengah tantangan perubahan iklim yang kian nyata. Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa solusi cepat yang dapat dilakukan oleh Kepala Daerah di seluruh Indonesia untuk mengatasi pertanian khususnya kekeringan sawah adalah dengan optimalisasi pompanisasi.

Andi Amran mengatakan bahwa Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah menyiapkan sebanyak 50 ribu unit pompa yang akan disebar dan dipasang di seluruh sentra produksi pangan di seluruh Indonesia, dan ujung tombaknya adalah para Kepala Daerah di tiap-tiap daerah. Apabila terpasang 75 ribu pompa, maka musim kering selanjutnya bisa diatasi. Fokus kerja yang harus dijalankan Pemerintah saat ini adalah pompanisasi yang merupakan solusi cepat mengatasi masalah pangan.

Andi Amran menambahkan bahwa saat ini Pemerintah telah menargetkan 500 ribu hektare lahan di Pulau Jawa yang akan diairi pompanisasi. Jika dihitung secara rinci, Amran menyebutkan bahwa 500 ribu hektare tersebut mampu menghasilkan 2,5 juta ton gabah dengan rata-rata produksi 5 ton per-hektare. Artinya, produksi beras di Indonesia bisa terpenuhi.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian meminta kepada para Kepala Daerah di seluruh Indonesia untuk memperkuat program pompanisasi sebagai solusi cepat mengatasi kekeringan Panjang yang saat ini dijalankan Pemerintah. Menurut Tito, program tersebut merupakan upaya Pemerintah dan juga arahan langsung Presiden Jokowi maupun Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam meningkatkan produksi dalam negeri di saat dunia dilanda kekeringan akibat gelombang panas.

Tito menegaskan bahwa pompanisasi perlu perhatian dari masing-masing Kepala Daerah karena tanpa adanya political will atau keinginan kuat bersama, maka kekhawatiran program itu tidak dapat berjalan maksimal. Masalah pangan terutama beras adalah masalah yang sangat vital karena berkaitan erat dengan stabilitas politik dan keamanan. Oleh karena itu, perlunya melakukan peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri maupun ekspor karena akan berkolerasi dengan keamanan dan angka inflasi.

Pihaknya berharap agar para Kepala Daerah segera melakukan pengecekan langsung terkait pompa yang sudah diberikan Kementerian Pertanian apakah sudah berjalan dalam memenuhi kebutuhan air sawah atau tidak. Hal ini harus rutin dilakukan untuk menjaga agar sawah-sawah kecukupan air menjelang kekeringan Panjang.

Di sisi lain, Pemerintah Daerah yang berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian dan TNI Angkatan Darat juga sedang menjalankan program ketahanan pangan melalui pompanisasi. Program ini dinilai terbukti sangat efektif dalam mengatasi tantangan pengairan sawah saat musim kemarau dan memastikan ketersediaan air yang cukup untuk tanaman padi.

Demi mencapai target produksi padi Kab. Lamongan pada tahun 2024, Bupati Lamongan bersama Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, Mayjen TNI Agus Prangarso mengatakan bahwa produksi gabah di daerah tersebut telah mencapai puncaknya selama musim tanam pertama dengan tercatat lebih dari 600 ribu ton. Dengan pencapaian ini, Pemerintah optimis dapat mencapai target produksi tahunan sebesar 1,2 juta ton.

Kemudian, bantuan program pompanisasi dari Kementerian Pertanian yang diterima Kab. Pemalang diharapkan mampu mendorong produktivitas padi di wilayahnya. Bantuan berupa sejumlah paket pompa air tersebut diberikan sebagai langkah terobosan dalam upaya menjaga pangan agar tidak bergejolak akibat dampak dari El Nino yang berkepanjangan. Kepala Dinas Pertanian Pemalang, Prayitno melalui Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, Budi Santoso mengatakan bahwa program pompanisasi dari Kementan merupakan program percepatan areal tanam agar produktivitasnya bisa meningkat. Hasil tanam yang diproduksi diharapkan bisa lebih dari 6 ton.

Sedangkan, Pemerintah Kab. Bekasi akan menggunakan sistem pompanisasi sawah tadah hujan yang dapat mendorong pasokan air ke sawah selama musim kemarau. Hal ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Daerah dalam mengantisipasi akibat kondisi kerawanan pangan di tengah meningkatnya jumlah penduduk dan kawasan industri di Kab. Bekasi. Untuk upaya jangka pendeknya, Pemerintah Kab. Bekasi memanfaatkan sisa musim hujan dan menghadapi awal musim kemarau dengan melakukan pompanisasi untuk mendorong air agar bisa sampai ke sawah.

Pompanisasi sawah merupakan salah satu instrument utama dalam menjaga menjaga ketersediaan air bagi pertanian, terutama di musim kemarau atau akibat adanya El Nino. Dengan terpasangnya pompa tersebut diharapkan dapat tepat guna sehingga produktivitas panen dapat berangsur naik.

)* Penulis adalah Pengamat Ekonomi Nusa Bangsa Institute.

Pos terkait