Kalabahi, wartaalor.com – Anggota Komisi IV Fraksi Partai NasDem DPR RI, Julie Sutrisno Laiskodat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) peningkatan kapasitas petani dan penyuluh di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini berlangsung dua hari di Aula Kopdit Citra Hidup Kalabahi, (22-23/7/24) dengan melibatkan peserta 30 orang.
Bunda Julie mengatakan, Bimtek ini sangat bermanfaat karena itu diharapkan peserta dapat mengikutinya dengan baik.
Menurut Istri Mantan Gubernur NTT Victor Bungtilu Laiskodat, Kabupaten Alor kaya akan lahan subur untuk di tanam, hanya saja curah hujan rendah. Sehingga sebagian besar petani mengalami gagal panen.
“Hal ini yang kemudian mendorong saya untuk membuat satu terobosan, yakni melakukan Bimtek kerjasama Kementerian Pertanian RI. Tujuannya agar menambah pengetahuan dan skill petani untuk meningkatkan produksi pertanian demi kesejahteraan petani,” ujar Bunda Julie Laiskodat saat membuka Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh melalui jejaring virtual.
Menurut Bunda Julie, salah satu metode yang bisa dilakukan petani ketika curah hujan rendah yaitu dengan menggunakan irigasi tetes. Dengan metode ini akan lebih menghemat air maupun pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman.
Kegiatan Bimtek yang dipandu Merlinda Yeanny Rosanty Maro ini dihadiri Kepala SMK-PP Negeri Kupang Dr. Bogarth K. Watuwaya, S.Pc., M.Cs, Staf Ahli Bidang Ekonomi Francis Malaikai, Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Alor Donatus Muda, Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Pendidikan Politik Adam Perang serta dua narasumber berkompeten Petrus Payong dan Arto Deniyance Botau.
Narasumber Petrus Payong dalam pemaparan materinya menjelaskan terkait Irigasi Tetes Solusi Hemat Air di Musim Kemarau. Petrus menjelaskan, musim kemarau yang berkepanjangan dan suhu yang sangat ekstrim, panas dan teriknya sinar matahari membuat tanaman baik di pot ataupun di lahan mudah cepat layu bahkan mati.
“Kondisi tanah agak berpasir dimana tidak mampu menahan air lebih lama, selain perlunya media tanaman yang porositas baik dalam menahan air perlu dipikirkan juga sistem pengairan yang mampu memberikan air secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama sedikit demi sedikit,” jelas Petrus.
Irigasi Tetes sendiri, lanjut Petrus, adalah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman. Baik melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa dan emitor (pemancar) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran tanaman.
Petrus menguraikan adapun kelebihan Irigasi Tetes, yaitu dapat meningkatkan nilai guna air, serta hemat air karena pemberian air bersifat local dan sedikit sehingga akan menekan evaporasi aliran permukaan.
Selain itu, lanjut Petrus, juga meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil kelembapan tanah terjaga optimal untuk pertumbuhan tanaman. Meningkatkan efisiensi efektif tas pemberian hemat pupuk bahan lainnya frekuensi lebih tinggi dan distribusinya sekitar akar.
“Juga menekan pertumbuhan gulma air terbatas disekitar tanaman maka akan menekan tumbuhnya gulma. Menghemat tenaga kerja dapat dikerjakan secara otomatis sehingga kebutuhan tenaga kerja lebih sedikit,” ujar Petrus.
Petrus Payong juga menjelaskan terkait kelemahan irigasi tetes, dimana kondisi ini memerlukan perawatan yang intensif sebab sering terjadi penyumbatan akan mempengaruhi debit air.
“Membatasi pertumbuhan tanaman bila perawatan kurang optimal maka pertumbuhan tanaman terhambat. Keterbatasan biaya dan teknik memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunan
awal juga teknologinya dalam merancang, mengoperasionalkan, dan pemeliharaannya,” ujar Petrus Payong.
Ia juga menjelaskan metode pemberian air irigasi tetes atas (drip irrigation) permukaan tanah yang merupakan tetesan terus menerus dipermukaan tanah sekitar perakaran. Sementara irigasi tetes bawah permukaan tanah (sub-surface drip irrigation ) yanki air diberikan menggunakan emitter dibawah permukaan tanah.
“Sedangkan bubbler irrigation air diberikan ke permukaan tanah seperti aliran kecil memakai pipa kecil (small tube). Begitu juga irigasi percik (spray irrigation) air diberikan menggunakan semprotan kecil (micro sprinkler) kepermukaan tanah,” jelas Petrus.
Arto Deniyance Botau dalam pemaparan materinya juga menyampaikan, ada Irigasi Kuno dan Irigasi Modern. Menurut Arto, sistem Irigasi Kuno seperti kanal dan bendungan digunakan untuk mengalihkan air sungai ke lahan pertanian. Menurut dia, teknik ini sudah diterapkan sejak ribuan tahun lalu di berbagai peradaban kuno seperti Mesopotamia, Mesir, dan India.
Sedangkan Irigasi Modern yaitu teknologi Irigasi Modern meliputi sistem irigasi tetes, sprinkler, dan irigasi sub- surface, yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan meminimalkan pemborosan.
Berikut Ini Jenis-jenis Irigasi
Irigasi Permukaan
Mengalirkan air melalui saluran
terbuka ke lahan pertanian.
Irigasi Tetes
Mengalirkan air tetes demi tetes
langsung ke akar tanaman.
Irigasi Sprinkler
Menyemprotkan air ke tanaman seperti hujan.
Irigasi tetes memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan sistem irigasi tradisional lainnya. Beberapa di antaranya adalah:
Efisiensi Air
Irigasi tetes dapat menghemat penggunaan air hingga 50% dibandingkan sistem irigasi konvensional.
Produktivitas Tinggi
Irigasi tetes dapat meningkatkan produktivitas tanaman hingga 30%.
Hemat Tenaga Kerja
Sistem irigasi tetes dapat dioperasikan dengan sedikit tenaga kerja.
Mudah Diaplikasikan
Sistem irigasi tetes dapat diterapkan di berbagai jenis lahan dan tanaman.
Kekurangan Metode Irigasi Tetes
Biaya Awal Tinggi
Biaya investasi awal untuk sistem irigasi tetes cukup mahal.
Penyumbatan Emiter
Emiter pada sistem irigasi tetes rentan tersumbat oleh kotoran atau karat.
Kebutuhan Perawatan
Sistem irigasi tetes memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang rutin.
Bagaimana Generasi Milenial Melihat Pertanian
di Masa Kini?
Pertanian di Mata Generasi Milenial
Generasi milenial memandang pertanian modern sebagai sesuatu yang menarik dan penuh potensi. Mereka melihat teknologi seperti irigasi tetes sebagai solusi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor pertanian. Dengan dukungan teknologi dan pendekatan yang lebih ramah lingkungan, generasi milenial berharap dapat menjadikan pertanian sebagai pilihan karier yang menjanjikan.
kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat Narasumber simpulkan bahwa: Irigasi tetes merupakan sistem irigasi yang sangat efisien dan dapat memberikan banyak manfaat bagi sektor pertanian. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, irigasi tetes diyakini akan menjadi pilihan yang semakin populer di kalangan petani, terutama di kalangan generasi milenial yang menginginkan pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan. ***(joka)