Ketua GAPENSI Alor Kesal, Dokumen CV Mayesti Tidak Lengkap Tapi Menang Tender Proyek

Ketua DPC GAPENSI Alor, Yupiter Moulobang (kedua dari kanan ke kiri) foto bersama para pekerja pers usai memberikan keterangan di lapak jualan bahan bangunan miliknya

KALABAHI, WARTAALOR.com – Ada-ada saja sistem kerja yang dilakukan panitia pelelangan proyek pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dimana, ada CV yang dokumennya tidak lengkap tetapi lolos sebagai pemenang tender proyek di Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, yakni CV Mayesti. Koq bisa?

Anehnya lagi, CV Mayesti justru menang borong tiga paket pembangunan gedung sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Alor. Demikian disampaikan Ketua DPC GAPENSI Alor, Yupiter Moulobang kepada para pekerja pers di lapak jualan bahan bangunan miliknya yang berlokasi di Batu Nirwala, Kelurahan Welai Timur Kecamatan Teluk Mutiara, Senin, 31 Mei 2021.

Bacaan Lainnya

“Terimakasih teman-teman sudah datang untuk kita saling koordinasi. Sehingga setiap kepentingan daerah yang berjalan, baik yang betul ada yang tidak betul kita sama–sama bisa luruskan,” tutur Yupiter Moulobang.

Dia katakan, terkait dengan pelelangan beberapa paket pembangunan sekolah di Dinas Pendidikan. Ada beberapa teman kontraktor yang komplain karena mereka merasa dirugikan dalam hal sudah ikut lelang, diminta mengikuti klarifikasi tetapi tidak menang. Padahal, lanjut Yupiter, mereka merasa dokumen yang mereka ajukan sebagai syarat pelelangan itu lengkap.

Menurutnya, ada  kejanggalan yang terjadi dalam proses lelang hingga memutuskan pemenang, seperti yang terjadi pada CV Mayesti yang  Sertifikat Badan Usaha (SBU) sudah mati tetapi lolos mengikuti lelang paket proyek pembangunan sejumlah sekolah di Dinas Pendidikan Kabupaten Alor dan diputuskan sebagai pemenangan lelang.

“SBU CV Mayesti itu sudah mati, tetapi mereka paksakan ambil  surat keterangan pengganti SBU itu dari mana lalu pakai ikut tender dan dimenangkan oleh panitia,” ungkapnya sembari mengatakan CV Mayesti menang di tiga paket, termasuk SD Awala’a dan dua paket lainnya.

Selanjutnya demikian Maulobang, di masa sanggah, ada perusahaan yang melakukan sanggah dan ternyata sanggahan diterima dan keputusan pemenangnya dibatalkan. Dia mengaku, dari tiga paket yang dimenangkan oleh CV Mayesti ini ada satu paket yang dilakukan pelelangan ulang dan dua paket lainnya dilakukan evaluasi ulang. “Kalau evaluasi ulang berarti yang menang pasti digugurkan dan meloloskan pemenang yang ada diurutan berikut,” tandasnya.

Sebagai pimpinan GAPENSI demikian Moulobang,  pihaknya mempertanyakan kepada pihak ULP Alor,  mengapa memenangkan perusahaan yang dokumennya tidak benar.  “CV Mayesti inikan SBU-nya sudah mati, mengapa diputuskan sebagai pemenang,” timpal Moulobang bertanya.

Dia menegaskan jika tidak ada yang mengajukan sanggahan maka  keputusan memenangkan CV Mayesti di tiga paket pekerjaan di Dinas Pendidikan itu pasti jalan terus.  “Mereka pasti terus jalan dalam kesalahan kalau tidak ada yang sanggah. Beruntung ada tahapan melakukan sanggahan dan sanggahan itu diterima dan keputusan pemenangan dibatalkan,” tambahnya dengan nada heran sembari menegaskan, ini baru CV Mayesti, jangan sampai kelalaian yang ada di Mayesti ini juga terjadi pada perusahaan lain yang diputuskan sebagai pemenang.

Selanjutnya, terang Moulobang, khusus untuk sub bidang BG 007 untuk sub bidang pendidikan, di Alor itu hanya beberapa perusahaan yang punya sehingga mereka bisa menangkan satu perusahaan itu hingga lima paket. 

Kalau memang mau supaya ada pemerataan, walaupun kita datangkan perusahaan dari luar juga yang penting jangan terjadi monopili.

“Kami yang memiliki GB 007 ini mengapa tidak dimenangkan? Satu orang saja yang dimenangkan, dia monopoli semua paket. Salah satunya itu CV Tri Sakti yang menang hingga lima paket,” terangnya. 

Jadi, ada perusahaan yang menang dua, ada yang tiga paket dan ada perusahaan yang hingga lima paket. Semua ada di sistim, kita tidak bisa akal-akal lagi.

Moulobang minta supaya ada pemerataan dalam pelaksanaan proyek pemerinatah di daerah ini.  Maksudnya jelas Moulobang, kalau ada perusahaan yang sudah menang tender, ya jangan dapat PL lagi, supaya teman-teman lain bisa kerja.

Sekali lagi, tambah Moulobang, kalau sudah menang paket di tender jangan dapat lagi di paket-paket PL. “Kalau PL juga dapat … tender juga menang, terus teman-teman yang ada pikul SBU jalan-jalan, bayar pajak setiap tahun ini mau makan apa,” ungkapnya.

Pemilik toko UD. Daya Prima Bangunan ini mengaku, yang terjadi selama ini dan terpantau oleh pihaknya itu diketahui kalau ada perusahaan yang sudah menang tender tetapi masih juga mendapatkan PL. Moulobang mengaku prihatin dengan keadaan kontraktor di daerah ini yang juga dihimpit berbagai kesulitan ekonomi akibat covid-19 dan dampak bencana tetapi tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. 

“Bencana inikan orang lagi susah, kenapa kamu beberapa orang saja yang dapat kerja, terus yang lain ini kita kasihan sekali. Kenapa beberapa orang itu-itu saja yang menang tender dari tahun ke tahun. Coba kasih teman-teman yang lain lagi,” ujarnya.

Dia menaruh harap agar Kepala ULP yang baru ini bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Kepala ULP Kabupaten Alor Chris Djahila ketika hendak dikonfirmasi tidak berada di tempat.

Djahila memenuhi permintaan untuk melakukan klarifikasi setelah media ini mengirimkan pesan whatsapp. “Bisa kaka, tapi saya ada di luar jadi nanti saya kabari. Makasih kaka,” tulis Djahila melalui pesan whatsapp menjawab media ini. *(Joka)

Pos terkait