Jelang IAF, Kemenparekraf RI: Pariwisata Bukan Soal Keindahan Alam Tapi Unsur Edukasinya

Deputi Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf RI, Rizki Handayani didampingi Asisten I Setda Kabupaten Alor, Fredrik Lahal menggelar Konferensi Pers bersama para awak media di Bukit Bedoe Desa Hulnani Kecamatan Alor Barat Laut, Minggu, (17/10/21) sore. FOTO: ISTIMEWA

HULNANI, WARTAALOR.com – Indonesia Adventure Festival (IAF) segera digelar mulai tanggal 19 sampai 23 Oktober 2021. Event besar yang berlangsung di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dibuka Gubernur Victor Bungtilu Laiskodat.

Kegiatan Kejuaraan Nasional itu terselenggara dengan empat agenda utama yaitu Paralayang, Festival Dugong, Festival Al-Qur’an Tua dan Pertemuan Tokoh Lintas Agama se-Provinsi NTT.

Bacaan Lainnya

Untuk mensukseskan kegiatan sebesar itu tentu tidak mudah dan butuh kerjasama yang baik dari semua pihak. Sehingga, pihak Kementerian Pariwisata, Ekonomi dan Kreatif (Kemenparekraf) RI sebagai penyelenggara mengingatkan kepada kita semua bahwa mengurus pariwisata dalam sebuah daerah bukan saja beban dinas yang bersangkutan, tetapi semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) turut terlibat.

“Apalagi ketika ada event-event besar seperti ini, semua OPD harus terlibat dalam hal soal anggaran. Karena saya sudah lihat di beberapa tempat seperti Banyuwangi, dimasa Bupati Aswar Anas. Jadi kalau mau berhasil pariwisatanya maka diurus secara gotong royong,” ujar Deputi Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf RI, Rizki Handayani saat memantau lokasi Paralayang di Bukit Bedoe Desa Hulnani Kecamatan Alor Barat Laut (ABAL), Minggu, (17/10/21) sore.

Dia melanjutkan, Dinas Pariwisata boleh ada, tapi ketika ada even semua dinas harus terlibat. Rizki yang mengaku telah berkunjung ke sejumlah obyek wisata di Kabupaten Alor bersama Direktur Nasional dan Internasional Kemenparekraf, Desi Siregar beserta rombongan menyampaikan ungkapan isi hati atas kekaguman potensi pariwisata di Alor julukan Pulau Seribu Moko ini.

Menurut Rizki, sebuah event harus ada unsur edukasinya dan bagaimana orang datang ada unsur kegembiraan serta ada unsur kebanggaan bagi masyarakat itu sendiri. Menurutnya, kebanggaan itu muncul karena event yang diangkat tidak ada ditempat lain.

“Parawisata bukan saja soal ada keindahan alam, kekayaan budaya, tapi ada unsur edukasinya. Ini yang saya pikir bagus sekali untuk digaungkan,” ungkap Rizki.

Dia melanjutkan, beberapa kali dirinya bersama rombongan telah berkunjung ke beberapa obyek wisata dan bertemu sekaligus berceritera dengan masyarakat sehingga telah menemukan banyak hal yang cukup menarik.

“Seperti ceritera sejarah Alor, yang saya petik bagaimana kerukunan umat beragama yang bagus. Sehingga Alor bisa dijadikan laboratorium multi cultural dan multi religi. Ini kalau dibuat bisa jadi pariwisata yang baik. Namun sayangnya, ceritera yang ada saya sulit menemukan bentuk tertulisnya atau literasinya,” terang Rizki seperti dilansir metroalor.com.

Menurut Rizky, taman laut atau lokasi diving di Kabupaten Alor sudah terkenal bahkan saat ini kita mengenal satu lagi dengan nama Festival Dugong. Dimana ia mendengar bahwa dugong itu muncul dan bisa dilihat dan berinteraksi dengan manusia.

Pariwisata itu, kata Rizki, bagaimana kita bisa menjaga lingkungannya. Misalkan dugong, kenapa masih ada karena lingkungannya yang mendukung, kalau air lautnya jelek atau ada gangguan lingkungan lainnya maka dugong tentu tidak ada. Untuk itu bagaimana agar lingkungan yang ada tetap dijaga.

“Menjaga lingkungan itu penting. Seperti kemarin saya ke lokasi wisata di pantai, kotak sampah tidak ditemukan, infrastruktur yang belum baik. Selain itu, pelayanan hospitalitynya patut ditingkatkan,” tandas Rizki.

Menurutnya, selain menjaga keaslian lingkungan pemerintah daerah juga merancang kegiatan rutin seperti pasar kreatif yang bisa dibuka dalam satu atau dua minggu sekali.

Terkait dengan lokasi Paralayang, menurut Rizki, itu sangat bagus, namun dirinya berharap jangan hanya mendatangkan orang dari luar saja, tapi pemerintah daerah juga harus mengembangkan olahraga ini kepada seluruh masyarakat. Minimal tiga bulan sekali.

Untuk diketahui, Pemerintah Kabupaten Alor sebagai tuan rumah menggelar empat kegiatan besar mulai tanggal 19 sampai 23 Oktober 2021. Diantaranya, Paralayang di Bukit Bedoe Desa Hulnani, Festival Dugong di Pantai Mali Kelurahan Kabola Kecamatan Kabola, Festival Al-Qur’an Tua di Desa Alor Besar Kecamatan ABAL dan Pertemuan Tokoh Lintas Agama se-Provinsi NTT di Aula Pola Tribuana Kelurahan Kalabahi Kota Kecamatan Teluk Mutiara. ***(joka/yus)

Pos terkait