KALABAHI, WARTAALOR.com – Intensitas curah hujan tahun ini cukup baik. Buktinya, hasil ladang petani Kabupaten Alor, Provinsi NTT untuk musim tanam tahun ini cukup menggembirakan. Jagung dan ubi tumbuh dengan baik, demikian pula padi di area persawahan juga tumbuh subur.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Alor, Yustus Dopong Abora kepada WARTAALOR.com, 15 Juni 2021 menjelaskan, pola hujan yang baik tahun ini, sehingga linear dengan hasil tanaman jagung dan padi ladang petani yang juga baik.
Untuk persawahan, kata Yustus, tanaman padi tumbuh subur, seperti area persawahan Lantoka di Kecamatan Alor Timur tahun ini hasil panennya meningkat dari tahun sebelumnya.
“Untuk hasil panen padi atau gabah di Lantoka sebelumnya 635 ton, tahun ini meningkat kisaran 700 ton, karena ada tambahan percetakan sawah 100 Ha (hektar are), sehingga total saat ini 153 Ha,” tandas Yustus.
Dia menandaskan, berkat hasil pertanian padi Lantoka meningkat itu semua karena ada dukungan, bimbingan serta perhatian Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Alor.
“Mereka yang kerja adalah petani Lantoka, lahan yang mereka kelola juga milik mereka sendiri. Sehingga Pemda hadir hanya memfasilitasi kegiatan petani berupa benih, pupuk dan juga dampingan penyuluh, sehingga kegiatan itu bisa berjalan dengan baik,” ungkap dia.
Menurut Yustus, 153 hektar lahan persawahan yang dikelola kelompok tani Lantoka kini menghasilkan padi 700 ton dari tahun sebelumnya yang hanya 635 ton saja. Dia katakan, disana, ada tiga suku besar yang menguasai lahan itu lalu kemudian digarap bersama untuk ditanami padi.
Anggota kelompok tani, lanjut Yustus, itu dibantu dengan dukungan benih, pupuk hingga bimbingan oleh tenaga penyuluh, sehingga mereka bisa mendapatkan hasil pertanian yang memuaskan. “Saat ini masih ada beberapa lahan kosong yang direncanakan akan diolah lagi untuk ditanami padi. Baru-baru ini ada satu kelompok yang setelah panen, mereka undang saya buat acara syukuran,” jelas mantan Plt. Sekda Alor ini.
Dia menguraikan, lahan persawahan di Lantoka ada dua jenis yaitu lahan kering dan lahan basah. Sehingga untuk lahan kering masyarakat masih menunggu lagi hingga bulan Oktober nanti baru diolah untuk ditanami padi. Sementara untuk lahan basah juga diolah dengan dukungan ketersediaan air di lokasi itu.
Kadis Yustus menjelaskan, dari tiga suku besar di Lantoka itu dibagi menjadi 10 kelompok tani. Nama kelompok tani yaitu angin rata 1 sampai 10. “Tahun ini antusias dan semangat petani untuk bertani juga meningkat. Makanya mereka dapat hasil yang memuaskan. Satu kelompok tani saja mereka panen 50 ton lebih padi. Kalau 10 kelompok maka hasilnya kisaran 700 ton,” katanya.
Dia menambahkan, hasil tanaman padi yang dipanen itu kemudian dibeli lagi oleh Pemda melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan, selanjutnya akan diproduksi lagi menjadi beras Super Alor yang dijual untuk mendatangkan PAD. “Setelah panen, kami beli lagi padi atau gabah kering itu Rp 5 ribu per kilogram. Setelah beli, kami produksi lagi menjadi beras Super Alor untuk kami jual,” jelasnya.
Menurut Yustus, Pemda Alor setiap tahun menggulirkan dana Rp 100 juta dari APBD untuk beli gabah kering. Sehingga dari dana tersebut Pemda hanya bisa beli 20 ton saja kemudian diproduksi menjadi beras Super Alor. *(Joka)