KALABAHI, WARTAALOR.COM | Tanggal 7 November 2019 lalu, Bank Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluarkan informasi tentang lowongan pekerjaan melalui website http://www.bpdntt.co.id/template/front/archive/Pengumuman_Penerimaan_Pegawai_TB_2019.pdf. Lowongan pekerjaan ini untuk mengisi kuota di kantor cabang se Provinsi NTT.
Di Kabupaten Alor, ada 54 peserta memasukkan lamaran pekerjaan dan dinyatakan lulus tahap seleksi administrasi. Informasinya dikeluarkan melalui website www.bpdntt.co tanggal 9 Desember 2019.
Setelah tahapan seleksi administrasi selesai, peserta diarahkan untuk membayar biaya sebesar Rp 450.000 agar bisa mengikuti seleksi selanjutnya yaitu psikotes dan screening tes. “Dengan biaya yang tertera diatas, tetapi menjelang beberapa saat dikeluarkan lagi informasi lanjutan bahwa psikotes hanya dikenakan biaya Rp 250.000,” tandas salah satu peserta seleksi calon pegawai Bank NTT inisial DK dengan nada kesal ketika menemui WARTAALOR.COM di Kalabahi, Minggu, (4/4/21) petang.
DK yang saat itu menceritakan hal tersebut didampingi empat teman lainnya yakni EFA, PL, AB dan EDj mengatakan bahwa setelah menyetor biaya tersebut, mereka lalu menunggu informasi lanjutan untuk lokasi tes psikotes & screening tes yang dilakukan pada hari dan waktu yang berbeda.
“Screening tes dilaksanakan di Kupang yang lokasi awal di Kantor pusat Bank NTT. Namun sehari sebelum tes dilaksanakan atau tanggal 19 Desember 2019, ada informasi lagi di sosial media telegram bahwa lokasi screening tes pindah ke Hotel Naka di Oebobo pada tanggal 20 Desember 2019. Sementara tes psikotes dilaksanakan di Hotel Aston Kupang pada tanggal 21 Desember 2019,” cerita DK.
Dari 54 peserta Kabupaten Alor yang mengikuti screening tes dan psikotes, lanjut DK, yang lulus hanya 13 orang. 13 peserta ini kemudian melanjutkan seleksi ke tahap selanjutnya yaitu tes kesehatan. “Jadi kami dari Alor 13 orang peserta ini kami baku tahu. Sesama orang Alor pasti baku kenal walaupun mungkin tidak tahu nama,” tandas DK.
Selanjutnya, kata DK, tanggal 29 Januari 2020 para peserta melalui informasi website diminta untuk membayar biaya pemeriksaan kesehatan sebesar Rp 920.000. “Ini menjadi tanggungjawab peserta tes dan dibayarkan pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan yaitu tanggal 3 – 8 Februari 2020 dengan jadwal yang sudah di tentukan per masing-masing daerah,” ujarnya.
“Setelah mengikuti tes kesehatan, lanjut dia, kami menunggu informasi lanjutan melalui website Bank NTT tanggal 2 Maret 2020. Dari ke 13 orang yang mengikuti tes kesehatan semuanya lulus ke tahap selanjutnya yaitu Tes Potensi Akademik (TPA). Hasil tes TPA itu diumumkan tanggal 11 Maret 2020 dengan waktu, tanggal, sesi tes, serta lokasi yang sudah tertera pada pengumuman tersebut,” sambung DK diamini keempat teman lainnya.
Dikatakan DK, sebelum pelaksanaan TPA yang dijadwalkan tanggal 19 – 20 Maret 2020, sudah ada informasi sebelumnya tanggal 16 Maret 2020 bahwa TPA ditunda dikarenakan pandemi Covid-19.
“Karena pandemi jadi TPA ditunda sampai satu tahun. Pada tanggal 10 Maret 2021 baru ada informasi pelaksanaan TPA dengan tanggal, waktu, lokasi, sesi yang telah disediakan oleh panitia penerimaan Bank NTT,” ungkapnya.
Setelah mendapat informasi tersebut, lanjut dia, masing-masing peserta berangkat ke Kupang guna mengikuti TPA, yang lokasinya di Puskom Kampus Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang. “Pada waktu kami mengikuti TPA, kami diarahkan untuk mengikuti Protokol Kesehatan,” katanya.
Setelah proses Protokoler Kesehatan selesai, lanjutnya, kami diarahkan untuk mengisi form absensi data dengan menyerahkan data sweb antigen yang hasilnya Negatif agar dicatat nama-nama yang hadir ikut TPA tersebut. Dari Alor yang lulus ke tahap ini berjumlah 13 orang. Dari ke 13 ini di bagi lagi 2 sesi baik sesi 11 dengan jumlah peserta 20 orang, yaitu dari Atambua 12 orang, dari Betun 5 orang dan dari Kalabahi 3 orang. Sementara itu sesi 12 berjumlah 15 orang, yaitu dari Kalabahi 10 orang dan dari Kefa 5 orang.
Selanjutnya, kata DK, yang menjadi persoalan adalah saat semua peserta dipanggil ke ruangan untuk mengikuti TPA, ada tiga peserta atas nama Arisona Benyamin Belipati, Nur Muis Syarifuddin dan John Karel Kallau tidak ikut masuk. “Jadi kami masih saling bertanya satu sama lain. Karena dari ke 13 orang yang lulus ke tahap ini, 3 orang dari teman kami tidak berada di lokasi tes. Sehingga dalam obrolan kami menyatakan bahwa ke 3 teman yang tidak hadir ini karena Nur Syarifuddin Muis telah lulus jadi PNS, John Karel Kallau juga sudah lulus sebagai pegawai di BRI dan Arisona Benyamin Belipati juga sudah menjadi dosen disalah satu PT,” kisah DK dan kawan-kawan.
Dikatakan bahwa, karena ketiga peserta tidak ikut TPA DK dan kawan-kawan lalu beranggapan bahwa mungkin mereka sudah punya pekerjaan sehingga tidak berminat untuk ikut seleksi pegawai Bank NTT. “Kami masih saling berbincang. Kami berpikir bahwa kalau ketiga teman tidak ikut TPA berarti kami 10 orang ini pasti berpeluang lolos TPA,” ungkapnya.
Akan tetapi, lanjut DK, setelah selesai TPA dan hasilnya diumumkan pada tanggal 30 Maret 2021 ternyata ada nama Arisona Benyamin Belipati. “Jadi ini yang membuat kami menduga panitia tidak adil dalam melakukan seleksi. Kenapa, karena peserta atas nama Arisona Benyamin Belipati tidak ikut TPA koq bisa lulus. Ataukah panitia punya kebijakan lain mengkhususkan orang ini lulus?,” kata DK bertanya.
Dengan alasan itu, DK dan kawan-kawan meminta kepada panitia agar membatalkan hasil seleksi TPA yang sudah diumumkan tersebut. “Karena kami menduga panitia sudah tidak adil dalam seleksi. Kalau dari awal kami tahu kerja model begini kami tidak akan ikut memang, karena parcuma. Oleh karena itu, kami minta panitia pelaksana agar batalkan hasil yang sudah diumumkan,” tandasnya.
Dia menambahkan bahwa dari 10 orang yang ikut TPA, lulus tiga orang yakni Arisona Benyamin Belipati, Andrew Anderson Dolu dan Yuni Selvi Tahun. Ketiga ini selanjutnya akan mengikuti tes wawancara yang dijadwalkan pada tanggal 8 April 2021 nanti.
Lagi-lagi, DK dan kawan-kawan mengungkapkan kekesalannya karena panitia pelaksana seleksi pegawai Bank NTT tidak adil dan tidak transparan. “Kami bisa pahami, bahwa lulus dan tidak itu masing-masing punya hasil kerja. Tetapi kenapa dari tiga orang yang lulus itu peserta atas nama Arisona Benyamin Belipati jelas-jelas tidak ikut TPA. Nah…kenapa hasil pengumuman melalui website dia bisa lulus. Itu yang kami minta panitia agar membatalkan hasil TPA yang ada sebelumnya masuk ke tahap tes wawancara,” tegas DK dan kawan-kawan.
Berkaitan dengan itu, Pimpinan Cabang Bank NTT Kalabahi Charles F Corputty yang hendak di konfirmasi Wartawan di kantornya, Selasa, (6/4/21) tidak berada ditempat. Beberapa pegawai menyebut Pimpinan Cabang Bank NTT sedang berada di Kupang. Wartawan kembali menghubungi Wakil Pimpinan Cabang Bank NTT Melki Bistolen melalui pesan WhatsApp tapi tidak ada respon. *(Joka)