Soal Tumpuk Sampah Yang Mulai Tampak Di Pantai Kalabahi

Oleh: Riyani Bela (Pemerhati Lingkungan/Staff Pengajar Institut Sains dan Teknologi Nahdlatul Ulama Bali)

PERSOALAN sampah merupakan salah satu persoalan lingkungan hidup yang secara langsung dapat mengganggu sistem ekologi, menurunkan nilai estetika alam, menggangu stabilitas kenyamanan serta berpotensi menimbulkan penyakit bagi manusia dalam ekosistem kehidupan. Sampah adalah sisa hasil pakai dari kegiatan manusia yang dianggap tidak lagi bernilai baik dari segi nilai tukar maupun nilai guna, yang dibuang ke lingkungan. Semakin bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan semakin padat pula aktivitas masyarakat, maka jumlah volume sampah yang dihasilkanpun ikut meningkat. Peningkatan sampah ini tidak terlepas dari model dan pola kehidupan masyarakat kekinian yang hidup dalam genggaman globalisasi dengan karakteristik yang cenderung konsumtif dan kebiasaan pola kehidupan yang serba instan.

Kebiasaan Kecenderungan dan kebiasaan pola kehidupan di era globalisasi ini juga terdapat pada masyarakat di kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Kecenderungan dan pola kehidupan seperti itu biasanya dilakukan oleh masyarakat urban, yaitu suatu masyarakat perkotaan yang lahir dari konsekuensi modernitas. Menghasilkan sampah secara terus-menerus merupakan implikasi dari kecenderungan dan kebiasaan masyarakat urban di era globalisasi ini. Akibatnya, penumpukan dan penyebaran sampah mulai tampak di lingkungan sekitar kehidupan masyarakat Alor. Salah satu tempat yang menjadi sasaran penumpukan dan penyebaran sampah di kabupaten Alor ialah pantai Kalabahi. Secara geografi, letak pantai ini berada di teluk pulau Alor, kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan menjadi pusat aktivitas perhubungan laut antar pulau.

Bacaan Lainnya

Keberadaan sampah di pantai Kalabahi sudah ada sejak beberapa dekade yang lalu, misalnya tumpukan itu terlihat di dasar laut pantai Binongko yang merupakan bagian dari pantai Kalabahi, namun pada akhir-akhir ini keberadaan tumpukan dan penyebaran sampah itu mulai tampak di beberapa tempat di pantai Kalabahi, misalnya di pantai Wetabua, pantai Lipa, panati Bungawaru, sampai pada pantai Kadeang yang menjadi bagian dari teluk pantai Kalabahi. Posisi keberadaan tumpukan dan penyebaran sampah tampak terlihat pada bibir pantai, permukaan air laut (relatif di siang hari di saat terjadi pasang air laut) maupun di dasar laut yang menyebabkan eksistensi pantai Kalabahi terjadi penurunan nilai estetika dan memberikan efek negatif terhadap ekosistem laut.
Penumpukan dan penyebaran sampah yang terjadi di area pantai Kalabahi, tidak terlepas dari aktivtas dan kebiasaan masyarakat perkotaaan di kabupaten Alor.

Berangkat dari kurangnya ketersediaan tempat penampungan sampah dan kebiasaan membuang sampah di sembarangan tempat yang dilakukan oleh sebagian masyarakat menyebabkan sampah-sampah tersebut menuai penumpukan di lingkungan kota Kalabahi. Penumpukan itu, berkonsekuensi pada menurunnya kualitas ekologi pada lingkungan adanya sampah tersebut. Ada sebagian sampah dibakar, ada yang dibiarkan menumpuk yang berpotensi menjadi sarang penyakit, dan ada juga sampah yang menyeber ke arah yang tak menentu. Namun melihat kondisi topografi kota Kalabahi, maka ada potensi penyebaran sampah ini mengikuti arah kemiringan tanah, sehingga jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, sampah tersebut cenderung untuk mengikuti arah aliran air ke tempat yang lebih rendah dan bermuara ke pantai Kalabahi.

Dalam rangka memantau aktivitas pembuangan sampah di areah Kota kalabahi kami ingin membagi beberapa zona sesuai dengan exsisting geografi kota Kalabahi berdasarkan ruas jalan yang pada umumnya digunakan oleh masyarakat Alor yaitu sebut saja zona utara kota Kalabahi (kaki gunung), zona tengah kota Kalabahi, dan zona selatan kota Kalabahi (pinggir pantai). Pembagian zona ini dibuat hanya ingin memotret secara umum aktivitas pembuangan sampah oleh masyarakat di area kota Kalabahi serta pergerakan sampah sampai menimbulkan tumpukan dan penyebaran sampah di pantai Kalabahi – walaupun belum begitu jelas batasannya.


Pertama, zona utara kota Kalabahi (kaki gunung). Ketersediaan fasilitas umum sperti Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk pembuangan sampah oleh pemerintah di zona ini masih sangatlah minim, begitu juga dengan operasional pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang juga tidak begitu masif. Hal ini tentu berpengaruh terhadap psikologi masyarakat yang ada di zona tersebut, dan ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan mengakibatkan masyarakat setempat membuang sampah hanya di pekarangan rumah mereka sendiri, ada juga sebagian masyarakat yang hidup di daerah bantaran sungai/kali menjadikan sungai/kali sebagai tempat pembuangan sampah.

Kedua, zona tengah kota Kalabahi. Di daerah tengah perkotaan adalah daerah yang paling banyak jumlah penduduk dan intensitas aktivitasnya relatif cukup tinggi, sehingga sisa hasil aktivitaspun ikut meningat seperti sampah. Mengingat hal seperti itu, maka mobiliasasi pengangutan sampahpun yang disediakan oleh pemerintah relatif masih beroperasi. Namun, terlihat bahwa aktivitas pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah tengah kota Kalabahi masih saja dibuang di sembarang tempat sebagaimana seperti di daerah zona utara kota, yaitu membuat penumpukkan sampah pada pekarangan rumah. Sebagian masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai/kali juga cenderung menjadikan sungai/kali itu sebagai tempat pembuangan akhir samapah. Di zona ini relative cukup banyak menyumbang sampah kepada laut atau pantai Kalabahi.

Ketiga, zona selatan kota Kalabahi. Aktivitas pembuangan sampah oleh masyarakat di zona ini juga tidak jauh berbeda dengan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat pada kedua zona diatas. Hampir tidak ada sarana penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan pengangkutan sampah yang dilakukan oleh pihak pemerintah, sehingga aktivitas pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dibuang di pekarangan rumah dan menimbulkan tumpukan sampah. Sebagian sampahnya dibakar dan sebagian lagi disaat terjadi hujan maka air akan membawa sampah tersebut ke area yang lebih rendah dan bermuara ke laut. Selain itu, aktivitas pembuangan sampah yang cukup prihatin bagi masyarakat di zona ini ialah sebagian masyarakat yang posisi tinggalnya di dekat bibir pantai cenderung membuang sampahnya secara langsung di bibir pantai yang berimplikasi secara langsung terhadap penambahan volume timbunan sampah di pantai Kalabahi. Area zona ini relatif banyak memberi kontribusi sampah ke laut atau pantai Kalabahi.

Berdasarkan hasil pentauan terhadap aktivitas pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di tiga zona itu, terlihat adanya persamaan kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah, yaitu dengan membuangnya di pekarangan rumah dan dapat menimbulkan tumpukan sampah di lingkungan tersebut. Sebagiannya dibakar dan sampah lainnya berhamburan ke arah yang tak menentu. Selain itu, saluran drainase dan sungai/kali juga menjadi sasaran tempat pembaungan sampah masyarkat, disaat terjadinya hujan dengan intensitas yang relatif tinggi maka sistem aliran air limpasan permukaann (run off) akan membawa sampah tersebut ke saluran air seperti drainase dan sungai dan akan bermuara ke laut atau pantai.


Disamping ada kesamaan, ada juga perbedaan kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah antara satu zona dengan zona lainnya, yaitu untuk zona utara dan tengah kota Kalabahi sampah yang dibuang untuk sampai ke pantai hanya melalui saluran saluran drainase dan sungai/kali yang membawa sampah ke area pantai. Sementara sebagian masyarakat di zona selatan yang tinggal di bantaran bibir pantai Kalabahi cenderung secara langusng membuang sampah di pantai atau laut sehingga menyebabkan akumulasi volume sampah di pantai relatif cepat meningkat. Antara tiga zona terseebut yang paling banyak menyumbang sampah ke laut atau pantai adalah zona tengah dan selatan kota Kalabahi. Dampaknya ialah kehidupan ekosistem terumbuh karang di dasar laut menjadi terganggu, yang berimplikasi pada kehidupan biota yang sulit untuk hidup dan berkembang di daerah pantai Kalabahi. Selain itu nilai estetik wisata bahari yang sering di gaungkan menjadi icon kabupaten Alor berpotensi mengalami penurunan, sehingga pantai Kalabahi akan kehiliangan daya tarik dan berpotensi kehilangan daya sebagai sumber kehidupan masyarakat.

Sebagai upaya pencegahan tumpukan dan penyebaran sampah di area pantai Kalabahi, dibutuhkan langkah-langkah strategi yang dilakukan secara sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan di masing-masing zona di area kota Kalabahi. Salah satu strategi yang perlu dilakukan ialah membangun kolaborasi dan sinergitas antara pemerintah dan masyarakat serta pemangku kepentingan yang terkait. Peran yang dimiliki oleh masing-masing pemangku kepentinngan cukup sentral terutama paran pemerintah dan masyarakat. Peran pemerintah adalah membuat dan mengeluarkan regulasi tentang pencegahan dan penanganan sampah, menyediakan berbagai fasilitas umum seperti Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan operasional pengangkutan sampah sampai ke Temapt Pembuangan Akhir (TPA) sampah serta menjalankan fungsi kontrol terhadap semua aktivitas pembaungan sampah di perkotaan. Peran dari masyarakat, yaitu dibutuhkan kesadaran dan membangun kebiasaan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri.


Selain itu, kita juga membutuhkan lembaga non pemerintah atau lembaga swadaya yang bergerak dibidang penanggualangan dan pengolahan sampah. Perannya adalah membantu pemerintah mengatasi masalah sampah dan memberikan edukasi secara masif kepada masyarakat sehingga kesadaran masyarakat dapat terbangun dan berimplikasi terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam membuang sampah serta memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang bernilai. Dengan adanya sinergi itu, maka tanggung jawab dari masing-masing entitas sebagai pemangku kepentingan bisa memberikan efek positif dalam penanganan sampah di kota Kalabahi. Dengan demikian, potensi akumulasi volume sampah di pantai Kalabahi dapat kita tanggulangi dengan baik. Selain itu, kita juga dapat merawat eksistensi laut dan pantai Kalabahi sebagai kekuatan dan keindahan wisata bahari serta tetap menghidupkan daya pantai sebagai sumber kehidupan masyarakat Kabupaten Alor.

Sekian dan Terima Kasih…,
Salam Lestari.

Pos terkait