Oleh: Akbar Rasyid (Koordinator Forum Pegiat Media Sosial Independen Regional Kota Semarang) Foto Ilustrasi
TAJUK utama berita di semua media massa saat ini tertuju pada upaya vaksinasi untuk menyelesaikan pandemi Covid-19. Berbagai sentimen pendapat muncul menilai efektivitas dan keamanan dari penggunaan vaksin itu sendiri. Bahkan hingga presiden sebagai ullil amri, memberikan percontohan program vaksinasi Covid-19, juga memunculkan sentimen negatif yang luar biasa di masyarakat.
Pertanyaan dan persepsi masyarakat sebenarnya merupakan hal yang wajar selaku pribadi yang memiliki hak penuh atas diri mereka yang nantinya akan disuntikkan zat asing ke dalam tubuh mereka. Sehingga, edukasi yang menyeluruh menjadi jurus jitu yang harus terus disampaikan kepada masyarakat terkait dengan kepastian keamanan dan efektivitas vaksinasi. Opsi program vaksinasi dipilih untuk mempercepat penurunan risiko penularan virus yang masih belum dapat dikendalikan itu.
Vaksin sendiri bisa dikatakan sebagai preparat biologis yang digunakan untuk melatih sistem kekebalan agar mampu mengenali dan memerangi patogen baik virus maupun bakteri. Vaksin dibuat dengan teknologi yang dibentuk dari suatu agen menyerupai mikroorganisme penyebab suatu penyakit, bisa dari agen mikroorganisme yang dilemahkan atau kita sering menyebutnya sebagai Live Attenuated Vaccine (LAV). Selain itu, bisa juga terbuat dari agen mikroorganisme yang sudah dimatikan atau yang terbaru menggunakan teknologi mRNA (messenger RNA), di mana mekanismenya mengajari sel tubuh cara membuat protein yang memicu respons imun di dalam tubuh dan disebut-sebut lebih efektif dibandingkan dengan teknologi virus dimatikan ataupun dilemahkan.
Contoh vaksin yang berasal dari pelemahan virus/mikroorganisme dan telah diproduksi sebelumnya serta digunakan dalam program imunisasi nasional adalah vaksin tuberculosis (BCG), vaksin polio oral, vaksin campak, vaksin rotavirus, dan vaksin demam kuning. Kehadiran beberapa vaksin tersebut terbukti efektif menurunkan kejadian infeksi penyakit seperti pada kasus TBC, Polio, serta Campak di Indonesia. Sedangkan vaksin yang berasal dari penonaktifan mikroorganisme (virus dimatikan) dan sudah diproduksi sebelumnya, yakni vaksin Hepatitis A, vaksin Influenza, serta vaksin Rabies juga menunjukkan benefitnya dalam mengurangi ancaman penyakit tersebut.
Program vaksinasi nasional yang dilakukan pemerintah saat ini sangat baik untuk menciptakan perlindungan terhadap kelompok rentan, di mana mekanismenya orang yang telah diberikan vaksin memiliki benteng perlindungan secara kelompok dalam meminimalisasi potensi super spreader yang dapat menginfeksi cepat ke individu-individu lain.
Vaksinasi hadir sebagai pelengkap ikhtiar untuk menyelesaikan pandemi dengan lebih cepat. Tinggal kemantapan diri kita untuk berpikiran positif dan memotivasi diri bahwa vaksinasi adalah bentuk ikhtiar lain dalam menyelesaikan pandemi secepat mungkin, karena vaksinasi merupakan upaya Indonesia keluar dari krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Tentunya dengan tetap menjalankan protokol kesehatan, vaksinasi menjadi kunci sukses mengatasi pandemi dan mewujudkan ketahanan nasional. Mari bersama memberikan edukasi dari tingkat kecil keluarga yang kemudian ditularkan kepada masyarakat umum untuk memunculkan optimisme dan sentimen positif terkait program vaksinasi Covid-19.(*)