Kalabahi, wartaalor.com – Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Kabupaten Alor, Muhamad Baesaku, S. Sos menyebut 40 peserta kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang merupakan pelaku wisata desa telah mengikuti kegiatan pelatihan keamanan dan keselamatan. Mereka dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan, baik secara teori dan juga praktik. Mereka kemudian menjadi corong penyelamatan wisatawan bila terjadi kecelakaan ketika berada di destinasi wisata.
“Pengelolaan keamanan dan keselamatan dalam destinasi wisata dilakukan agar wisatawan merasa terlindungi saat berkunjung. Aspek keamanan dan keselamatan di sebuah destinasi wisata sangat berkaitan dengan kenyamanan setiap perjalanan wisata. Peran Pokdarwis dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting”, ujar Kadis Pariwisata dalam sambutannya saat menutup kegiatan pelatihan Keamanan dan Keselamatan di Daya Tarik Wisata yang dilakukan di Aula Hotel Pulo Alor, Kalabahi (18/10/24) malam.
Kadis Muhamad Baesaku atau yang lebih akrab disapa MBS mengatakan, Alor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTT. Alor memiliki potensi pariwisata sangat luar biasa, karena diakui oleh semua komponen masyarakat yang menamakan dirinya sebagai wisatawan, baik itu wisatawan domistik maupun mancanegara.
“Kita punya wisata alam, bahari, budaya, religi, minat khusus dan buatan yang indah, terpesona dan menggiurkan jika dipandang, dikunjungi dan dinikmati. Apalagi aneka kuliner dengan beragam citra rasa yang menggiurkan yang dapat dicicipi. Dan tak ketinggalan pula beragam corak aneka sofinir yang memukau pengunjung untuk dijadikan sebagai cenderamata”, ujar Kadis MBS.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi menunjang pengembangan pariwisata di daerah. Seperti obyek dan daya tarik wisata (odtw), prasarana wisata, sarana wisata, tata laksana (pelayanan, keamanan, dan kenyamanan) serta masyarakat lingkungan.
Usaha pariwisata itu sendiri, jelas Kadis MBS, meliputi daya tarik wisata, desa wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata dan jasa pramuwisata.
“Salah satu program pengembangan di bidang destinasi pariwisata pada Dinas Pariwisata Kabupaten Alor, adalah kegiatan keamanan dan keselamatan di daya tarik wisata. Pelaksanaan pelatihan Keamanan dan Keselamatan di Daya Tarik Wisata ini, dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memberikan pelayanan kepariwisataan di destinasi pariwisata”, ungkap MBS menjelaskan.
Dia melanjutkan bahwa Kabupaten Alor memiliki 61 desa wisata yang tersebar di 18 kecamatan. Dari 61 desa wisata tersebut, kata MBS, terdapat 115 destinasi wisata.
“Kita punya odtw sebanyak 27, dengan deskripsi yang beragam yang tersebar di daerah ini. Untuk itu, mari kita bergerak bersama lebih cepat dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya bergerak dalam usaha kepariwisataan. Karena pergerakan kehidupan kedepan sangatlah berat dan teramat susah”, pungkasnya.
Kadis MBS mengatakan, saat ini pemerintah menerapkan konsep pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, atau Community Based Tourism (CBT). Artinya, masyarakat diberikan ruang sebagai pelaku utama sekaligus penerima manfaat dari setiap usaha pariwisata yang dikembangkan di desa.
Tindakan preventif, jelas MBS, dapat ditujukan kepada wisatawan dengan cara mengenakan alat keselamatan. Contohnya, selalu memakai jaket pelampung ketika menggunakan transportasi air.
Dikatakan Kadis MBS, kedepan nanti, pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan pengayom masyarakat, akan merencanakan dan menerbitkan sebuah standardisasi produk wisata yang aman dan wajib ditaati semua pihak, tanpa kecuali. Seperti ukuran dan bentuk kapal yang aman bagi wisatawan, serta selalu bekerjasama dengan masyarakat, untuk mendirikan posko keselamatan lengkap dengan petugasnya. Hal ini guna memonitor keselamatan destinasi wisata, seperti pos penjaga pantai.
Selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Alor, Kadis MBS berpesan, pengelolaan keamanan dan keselamatan dalam destinasi wisata dilakukan agar wisatawan merasa terlindungi saat berkunjung. Aspek keamanan dan keselamatan di sebuah destinasi wisata sangat berkaitan dengan kenyamanan setiap perjalanan wisata, peran Pokdarwis dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja juga, menurut Kadis MBS, sangat penting.
“Tindakan preventif dapat ditujukan kepada wisatawan, dengan cara mengenakan alat keselamatan. Contohnya, selalu memakai jaket pelampung ketika menggunakan transportasi air”, ujarnya.
Kadis MBS menjelaskan, keamanan dan keselamatan juga adalah faktor krusial yang akan mempengaruhi citra sebuah destinasi wisata. Oleh karenanya, menjadi penting untuk dapat meyakinkan calon wisatawan dan juga memberikan bukti nyata soal keamanan dan kenyamanan sebuah destinasi wisata.
“Kedepan pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan pengayom masyarakat, merencanakan untuk menerbitkan sebuah standardisasi produk wisata yang aman dan wajib ditaati semua pihak tanpa kecuali. Seperti ukuran dan bentuk kapal yang aman bagi wisatawan”, pungkasnya.
Dikatakannya bahwa pemerintah sendiri akan selalu bekerjasama dengan masyarakat untuk mendirikan posko keselamatan lengkap dengan petugasnya. Tugas petugas posko untuk memonitor keselamatan wisatawan di destinasi wisata. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan 3 hari ini, jelas Kadis MBS, memiliki nilai penting bagi upaya pengembangan wisata di daerah ini.
“Teman-teman berjumlah 40 orang yang telah mengikuti pelatihan ini akan menjadi mitra kerja pemerintah, khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Alor, dan sekaligus menjadi corong untuk mentransformasikan ilmu dan pengetahuan yang didapati terkait keamanan dan keselamatan bagi wisatawan kepada teman-teman di wilayah masing-masing, dan atau wilayah desa lain yang pengelola pariwisatanya belum punya kesempatan dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini”, ujarnya. ***(joka)