Kalabahi, wartaalor.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Alor melalui Dinas Pariwisata terus meningkatkan kapasitas yang memadai dalam mengelola kepariwisataan. Terbaru, Dinas Pariwisata Alor menggelar pelatihan keamanan dan keselamatan wisatawan di Wisata Daya Tarik bagi 40 peserta dari 18 kecamatan di Kabupaten Alor.
Selaku pelaku wisata, sangat penting mereka dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni dalam melakukan pertolongan kepada wisatawan yang datang ke Pulau Seribu Moko ini. Mereka juga selanjutnya menjadi mitra kerja yang tidak terpisahkan dari Pemkab Alor.
Kegiatan pelatihan ini dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Alor, Muhamad Baesaku, S. Sos dan akan berlangsung selama tiga hari yaitu tanggal 17-19 Oktober 2024 di Aula Hotel Pulo Alor Kalabahi.
Dalam sambutannya, Muhamad Baesaku mengatakan, salah satu sektor yang berperan penting menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah adalah pariwisata. Hal ini terlihat peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di berbagai daerah dari waktu ke waktu termasuk ke Kabupaten Alor. Bahkan telah menempatkan pariwisata sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar kepada negara.
Mencermati kondisi yang demikian, jelas Muhamad Baesaku yang lebih akrab disapa MBS, maka Pemerintah Pusat terus memberikan perhatian serius pada upaya pengembangan potensi-potensi yang ada.
“Antata lain, membangun sejumlah infrastruktur seperti jalan, jembatan, jaringan listrik dan air bersih, telekomunikasi serta sarana dan prasarana pendukung, penyelenggaraan event promosi termasuk kegiatan pelatihan dan sosialisasi”, ungkap Kadis MBS Kamis, (17/10/24) pagi.
Dukungan pemerintah bagi Kabupaten Alor, lanjut MBS, khususnya di Tahun Anggaran 2024 dilakukan melalui DAK Fisik dan Non-fisik. Hal ini karena keindahan alam yang mempesona, taman laut yang indah, budaya asli yang lestari, warisan religi dan berbagai daya tarik wisata lainnya yang tersebar di semua kecamatan di wilayah Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kadis MBS menjelaskan, salah satu konsep pembangunan pariwisata oleh pemerintah saat ini, adalah dengan menerapkan konsep pembangunan pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT). Dalam artian bahwa masyarakat diberikan ruang sebagai pelaku utama, sekaligus penerima manfaat dari setiap usaha yang dikembangkan di desa.
“CBT dibutuhkan oleh karena sebagian besar potensi dan daya tarik wisata yang kita miliki berada di desa. Untuk mewujudkan konsep tersebut, maka masyarakat dan pelaku pariwisata perlu dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Termasuk kemampuan untuk memberikan pertolongan kepada wisatawan yang mengalami kecelakaan ketika berada di lokasi Daya Tarik Wisata”, ujarnya.
Pelatihan keamanan dan keselamatan di daya tarik wisata yang dilakukan ini, jelas mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Alor ini, merupakan pelatihan terakhir dari ke-6 pelatihan yang didanai oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
“Melalui kegiatan ini, peserta diharapkan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman, motivasi dan kemampuan dalam mengelola daya tarik wisata dan desa wisata”, terang MBS.
MBS yang baru sekitar dua bulan menjabat Kepala Dinas Pariwisata Alor ini menguraikan, keamanan dan keselamatan di daya tarik wisata sesungguhnya berkaitan dengan sistem yang dibuat untuk mengantisipasi risiko, Standarisasi, Prosedur (SOP).
“Misalnya untuk kepentingan wisata diving, setiap wisatawan wajib memiliki lisensi minimal tingkat open water dan kegiatan preventif. Untuk itu, pemerintah, pelaku usaha dan pengelola destinasi memliki tugas untuk memberikan perlindungan terhadap wisatawan termasuk barang-barang milik mereka”, jelas Kadis MBS.
Adapun manfaat utama dari penyelenggaraan keamanan dan keselamatan di daya tarik wisata ini adalah :
1. Meningkatnya kepercayaan terhadap layanan jasa wisata
2. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
3. Membangun citra destinasi wisata yang baik
4. Menjamin kelangsungan hidup destinasi wisata
5. Meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada wisatawan
“Kita boleh memiliki sejumlah keindahan dan keunikan serta daya pikat wisata yang memukau, tetapi jika fasilitas, sarana prasarana dan pengelolaan keamanan dan keselamatan di titik destinasi tidak tersedia atau dikelola secara baik, maka akan berdampak negatif terhadap wisatawan termasuk lama tinggal wisatawan di suatu tempat”, terang MBS.
Dikatakan MBS, dalam Sapta Pesona, “Aman” adalah unsur paling pertama yang dibutuhkan wisatawan. Penyelenggaraan keamanan dan keselamatan di daya tarik wisata dan desa wisata, disesuaikan dengan jenis atraksi wisata yang tersedia. Setidaknya terdapat beberapa komponen keamanan dan keselamatan yang dibutuhkan di setiap destinasi wisata. Antara lain kesehatan dan sanitasi, keamanan data pribadi wisatawan, perlindungan hukum bagi wisatawan, dan perlindungan dari bencana.
“Pelatihan keamanan dan keselamatan di Daya Tarik Wisata, merupakan salah satu kebutuhan penting bagi kita di daerah ini. Taman laut yang indah, hanya bisa dinikmati jika wisatawan memiliki keberanian, kelayakan dan kemampuan teknis untuk menyelam di tengah putaran arus yang cukup menantang. Begitu pula dengan kondisi daya tarik wisata alam dan budaya yang terletak di daerah-daerah yang cukup sulit dijangkau dengan kendaraan”, kata MBS menambahkan.
MBS melanjutkan bahwa bagi kita, Alor adalah surga wisata di garis batas NKRI. Ini bukanlah impian kosong tetapi fakta yang dianugerahkan Tuhan. Jutaan orang terus melakukan perjalanan dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya, sehingga telah menggerakkan mata rantai ekonomi yang saling berkaitan.
Untuk itu, Kadis MBS mengajak mari kita bergerak bersama lebih cepat, meraih perubahan yang berarti. Perkembangan dunia juga berjalan begitu cepat dalam berbagai aspek kehidupan, tetapi permasalahan ekonomi masih menjadi pergumulan berat.
“Oleh karena itu, pengembangan desa-desa wisata merupakan salah satu kunci utama untuk keluar dari lilitan tali ketertinggalan dan kemiskinan. Desa wisata yang dikelola secara baik akan berkembang dan memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, menghapus kemiskinan, mengurangi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya serta memajukan kebudayaan yang kita banggakan”, ujarnya.
MBS mengatakan bahwa kegiatan pelatihan yang digelar ini memiliki nilai penting bagi upaya pengembangan wisata di daerah. Setidaknya 40 orang peserta yang datang dari sejumlah desa wisata, akan menjadi mitra kerja dan bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintah daerah itu sendiri.
“Untuk itu, selaku kepala dinas pariwisata saya berharap saudara-saudara bersama kepala desa dan ketua BPD dan pelaku usaha pariwisata yang ada di desa dapat melakukan perencanaan serta pelaksanaan keamanan dan keselamatan di daya tarik wisata. Pemerintah juga telah memberikan kesempatan kepada desa untuk memanfaatkan sebagian dana desa yang ada untuk mendukung pembangunan sarana prasarana dan fasilitas pendukung lain guna pengembangan sektor pariwisata”, imbuhnya.
Dia mengajak mari kita belajar dari desa-desa wisata yang lain, yang sudah berkembang meskipun dengan kondisi dan permasalahan yang sama dengan kita. Dalam rangka percepatan pembangunan desa wisata, Pemerintah Kabupaten Alor sendiri telah menetapkan 61 desa yang tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Alor sebagai desa wisata.
Hal ini dimaksudkan, agar pemerintah desa, bersama BPD dan seluruh pemangku kepentingan di desa, dapat merumuskan program dan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan sektor pariwisata di tingkat desa, disesuaikan dengan sumber-sumber pendanaan yang tersedia. Seperti dana desa serta sumber-sumber lain menurut peraturan perundang-undangan yang dimungkinkan.
Menurut Kadis MBS, pembangunan pariwisata akan lebih cepat terwujud jika pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat bergandengan tangan. Dukungan masyarakat sangat penting untuk menciptakan keberhasilan pembangunan baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Kepada para narasumber, Kadis MBS berpesan memberikan materi dengan baik, agar ketika pelaksanaan di desa wisata para pelaku wisata bisa mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan baik.
Untuk diketahui, kegiatan pelatihan ini menghadirkan para narasumber sebagai berikut:
1. Muhamad Baesaku, S. Sos selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Alor menyampaikan materi terkait Pengelolaan Keamanan dan Keselamatan di Daya Tarik Wisata di Daerah.
2. Sari Bandaso Tandalino,SE., M.M selaku Akademisi Politeknik Negeri Kupang menyampaikan materi terkait Pelayanan Prima dalam Penyelenggaraan Keamanan dan Keselamatan di Daya Tarik Wisata dan Destinasi Pariwisata.
3. Asep Kusdinar, S. Ip selaku Bala Wisata Nasional menyampaikan materi terkait Penyelenggaraan Keamanan di Destinasi Pariwisata Sesuai Standar dan Ketentuan Nasional dan Internasional.
4. Hamka Latif selaku Koordinator Pos SAR Alor menyampaikan materi terkait Pengelolaan Keamanan dan Keselamatan dalam Mendukung Peningkatan Daya Saing Destinasi Pariwisata.
***(joka)