Forum IAF Ke-2 Targetkan Kesepakatan Bisnis Senilai US$3,5 Miliar

Jakarta – Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Pahala Nugraha Mansury, mengatakan Indonesia-Africa Forum (AIP) ke-2 yang digelar di Bali pada 1-3 September 2024, dihadiri peserta dari 28 kepala negara/pemerintahan dari negara-negara Afrika, 800 peserta dari wakil pemerintah, organisasi internasional dan regional, serta kalangan bisnis.

Menurutnya, negara-negara Afrika memiliki peran yang semakin penting dalam perekonomian global bagi Indonesia. Negara-negara di Afrika memiliki 10% cadangan minyak dan 8% gas di dunia. Selain itu juga kaya mineral kritis seperti 55% cadangan kobalt, 48% cadangan mangan dan 22% cadangan grafit di dunia.

Bacaan Lainnya

“Jadi kami berupaya untuk bisa bersama-sama membangun agar kekayaan alam masing-masing negara tidak dieksploitasi pihak lain dan dapat dinikmati oleh masyarakat negara sendiri,” kata Pahala beberapa waktu lalu.

Pahala juga yakin forum IAF ini akan meraih kesepakatan bisnis antara industri Indonesia dan negara-negara Afrika hingga triliunan rupiah. Indonesia sendiri menargetkan kesepakatan bisnis dengan nilai konkret sebesar USD3,5 miliar (Rp56,07 triliun).

Sektor potensial yang dapat diwujudkan dalam kontrak bisnis itu antara lain pupuk dan energi.

“Selain nilai kesepakatan bisnis, Indonesia juga menargetkan tercapainya kesepakatan antara pemerintah (G2G) Indonesia dan Afrika terkait desain besar kerja sama pembangunan regional, termasuk pengesahan perdagangan bebas (FTA) dengan sejumlah negara yang kini mencapai tahap finalisasi,” tambahnya.

Afrika akan menjadi kawasan strategis untuk upaya diversifikasi Indonesia. Selain sumber daya alam, potensi dari populasi Afrika juga terus meningkat yang diperkirakan mencapai 2,5 miliar orang pada tahun 2050 mendatang. Hal ini dapat membuka peluang besar pasar bagi produk-produk Indonesia

“Upaya diversifikasi ini artinya ada potensi pasar besar negara-negara Afrika sebagai tujuan ekspor. Selain itu Afrika dalam menjadi pemasok komoditas migas dan mineral kritis, serta menjadi tujuan outbound investment atau investasi luar negeri dan memperluas global influence,” pungkas Pahala.

Pos terkait