Oleh: Devaryo Valarie )*
Organisasi Papua Merdeka (OPM) masih menjadi momok serius bagi bangsa karena terus melakukan berbagai aksi kejahatan maupun teror khususnya di wilayah Papua. Aksi OPM telah banyak memakan korban jiwa baik dari kalangan masyarakat sipil maupun aparat keamanan. Mereka juga melakukan aksi kerusakan terhadap berbagai fasilitas umum dan proyek pembangunan yang tengah digencarkan pemerintah, sehingga menggangu kondusivitas serta stabilitas kemananan di Bumi Cenderawasih. OPM benar-benar menimbulkan bara konflik yang sangat meresahkan masyarakat Papua. Ulah OPM itu telah memicu reaksi negatif dari berbagai tokoh Papua dan mereka menegaskan untuk menolak keberadaan OPM di Tanah Papua.
Papua yang menjadi provinsi paling Timur di Indonesia mengalami konflik berkepanjangan dengan OPM sejak masa penjajahan Belanda. OPM yang didirikan pada tahun 1965 itu bertujuan untuk memperoleh kemerdekaan bagi Papua Barat. Konflik ini telah menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan ketegangan yang terus berlanjut antara pemerintah Indonesia dan kelompok separatis. Konflik ini berasal dari penyatuan Irian Barat ke Indonesia pada 1969 melalui Penentuan Pendapat rakyat (Pepera), yang dianggap oleh beberapa pihak tidak mewakili keinginan mereka. Hal ini memicu pembentukan OPM dan konflik dengan pemerintah Indonesia.
Tindakan para anggota OPM semakin keji, gelap mata, hingga tidak sadar yang dia serang adalah saudara serumpun sendiri. Aksi kekerasan OPM juga menyasar kepada perempuan dan anak-anak tidak berdosa. Hal ini tentu tidak dapat dibenarkan dan perlu penanganan secara tegas dan tuntas. Atas dasar tersebut, negara menegaskan tidak boleh kalah dengan OPM.
Tokoh Masyarakat Suku Besar Kopkaka, Seradala, Kabupaten Yahukimo, Yusak Weyo menentang aksi kekerasan yang sering dilakukan OPM. Menurut dia, imbas dari aksi kekerasan selama ini yang dilakukan kelompok separatis itu berdampak kepada masyarakat. Masyarakat selalu dihantui rasa takut, karena acaman yang sering dilakukan OPM.
Yusak Weyo sangat mengkhawatirkan masyarakat menjadi korban apabila ada gesekan aparat dengan OPM. Kalau ada OPM di wilayahnya, maka aparat akan datang sehingga bisa terjadi kontak senjata, masyarakat bisa jadi korban seperti di Intan Jaya beberapa waktu lalu.
Yusak Weyo beserta masyarakat Suku Kopkaka telah menyatakan sikap menolak keberadaan OPM di wilayahnya karena keberadaan mereka sangat meresahkan. Dia juga meminta agar aparat penegak hukum bertindak tegas, bahkan masyarakat sepenuhnya akan mendukung aparat. Dia meminta masyarakat bergandengan tangan menjaga situasi kamtibmas di Yahukimo, mengingat pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan dilaksanakan tidak lama lagi.
Aksi kejahatan tidak manusiawi yang dilakukan OPM di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan juga mendapatkan kecaman dari berbagai pihak. Kepala Suku dan Tokoh Masyarakat Ketengban, Pegunungan Bintang Andarias Leppi mengecam aksi gangguan kamtibmas oleh OPM hingga menimbulkan korban jiwa. Terakhir mereka membunuh Kepala Kampung di Serambakom.
Pihaknya meminta aparat TNI-Polri bertindak tegas terhadap para pengganggu keamanan yang ada di Pegunungan Bintang. Dia juga meminta seluruh lapisan masyarakat mendukung aparat keamanan dalam menjaga situasi di Papua, terutama di Pegunungan Bintang. Keamanan adalah kunci untuk kemajuan daerah, pihaknya ingin maju seperti daerah lainya yang tentram tanpa ada ancaman serta aksi-aksi OPM.
Terkait banyaknya konten provokatif yang beredar luas, Andarias dengan tegas meminta masyarakat untuk cermat dan tidak terpancing. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada aparat TNI dan Polri yang senantiasa memberikan rasa aman dan nyaman kepala masyarakat, terutama saat merespons cepat aduan masyarakat.
Sementara Tokoh Pemuda Papua, Absalom Kreway Yarisetaow mengajak masyarakat menjaga kedamaian di atas Tanah Papua karena keamanan dan kesejahteraan di Papua merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya satu pihak.
Absalom mengatakan, selaku elemen pemuda Papua pihaknya memahami bahwa Papua adalah rumah yang harus dijaga dari aksi sepihak yang merusak kedamaian dan simbol-simbol persatuan. OPM merupakan penyebab kekacauan di Tanah Papua. Kelompok tersebut adalah ancaman nyata dengan berbagai aksi kekerasan yang terus dilakukannya. OPM tidak hanya terlibat dalam penyerangan terhadap aparat keamanan namun juga warga sipil. Oleh karena itu, pihaknya turut mendukung penuh setiap langkah yang diambil oleh pemerintah dan aparat keamann dalam menindak tegas OPM.
Absalom juga menyampaikan, memerangi dan membebaskan Papua dari beragam teror serta kejahatan kemanusiaan oleh OPM adalah wujud nyata negara membela dan melindungi hak-hak kemanusiaan. OPM beberapa pekan lalu melancarkan teror di sejumlah wilayah, aparat kini masih bekerja keras untuk menangkap mereka.
Untuk mengakhiri konflik OPM di Papua, seluruh elemen masyarakat perlu bersinergi mendukung upaya pemerintah dan aparat keamanan dalam menindak tegas kelompok separatis tersebut. Semua harus satu suara untuk menolak keberadaan OPM di Tanah Papua. Dengan komitmen ini, OPM tidak akan mampu berulah semakin keji dan mengakibatkan korban jiwa yang lebih banyak. Masyarakat juga bisa beraktivitas normal tanpa perlu resah dan takut terhadap ancaman OPM.
)* Penulis merupakan mahasiswi asal Papua di Surabaya