KALABAHI, WARTAALOR.com – Komunitas pemerhati sampah yakni PFON (Plastic Free Ocean Network) Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar Talk Show bertajuk ‘Peduli Sampah Peduli Lingkungan’. Kegiatan yang berlangsung di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Kamis, (24/2/22) itu dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh tanggal 21 Februari.
Pada kesempatan itu, Koordinator PFON Alor Farida Lamma Kolly dalam materinya menjelaskan, salah satu faktor penyebab rusaknya lingkungan adalah limbah sampah. Limbah-limbah tersebut seperti kantong plastik dan lainnya (organik dan non organik). Sehingga untuk penanganannya pun, Farida mengajak semua pihak sama-sama memberantas masalah sampah ini mulai dari rumah tangga kita.
Dosen Universitas Tribuana (UNTRIB) Kalabahi itu menjelaskan, sampah harus dibuang pada tempatnya. Sebab kalau tidak baunya akan merusak lingkungan dan juga merusak diri kita sendiri.
“Sampah, seperti plastik, kalau dibuang di laut kemudian ikan makan plastik lalu ikan di makan lagi oleh manusia apa yang terjadi. Bisa timbul berbagai penyakit dalam tubuh. Sehingga sejak terbentuknya PFON kami mulai memonitoring. Kami juga bersihkan sampah-sampah di pesisir pantai hingga melakukan edukasi ke masyarakat. Yang kami harapkan, apa yang kami lakukan ini ada dampak positif, minimal terjadi pengurangan jumlah sampah di pesisir pantai,” ujar Farida Kolly.
Dia menguraikan, berdasarkan hasil riset pihaknya tahun 2019, telah melakukan pendataan di 8 titik di pesisir pantai Alor. Dari 8 titik itu, ditemukan jenis sampah terbanyak di laut adalah sampah jenis plastik yang lunak, seperti plastik super mie dan lainnya.
“Jadi dari 8 titik itu ada yang kategori tinggi dan juga ada yang kategori rendah atau sedang,” katanya.
Farida menguraikan, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya penanganan sampah mulai dari sekolah ke sekolah hingga pada ibu-ibu. Karena ibu-ibu punya peran penting dalam hal penanganan sampah rumah tangga.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Dampak Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Alor, Aminuddin Nira juga menjelaskan bahwa berbicara tentang sampah adalah hubungan satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, kata Aminuddin Nira, peserta Talk Show hari ini saya mau sampaikan bahwa dari DLH sudah siap untuk mengatasinya.
“Kita tidak bisa buang sampah di laut maupun di got, apalagi buang di kali. Karena itu akan mendatangkan 3 hal yaitu polusi darat, laut dan udara. Nah karena itu Dinas Lingkungan Hidup saat ini sudah punya solusi untuk mengatasi yaitu bisa berlangganan sampah. Hal ini sesuai Peraturan Bupati dengan harga langganan sampah bervariasi,” ungkap Aminuddin.
Ia juga menghimbau, bila ada yang ingin berlangganan sampah bisa menyampaikan ke kantor DLH atau menelepon untuk mau berlangganan sampah.
Menurutnya, kita harus berlangganan sampah supaya sampah teratasi dengan baik. Sebab kalau tidak, secara tidak langsung kita pasti membuang sampah di sembarang tempat. Sebab kalau kita sudah membuang sampah di sembarang tempat, sampah akan berserakan kemudian menjadi sumber penyakit.
“Sekarang sudah ada Undang-undang maupun Perbup yang mengatur tentang lingkungan hidup. Sehingga untuk melaksanakannya tidak susah, asalkan kita punya kemauan untuk mau menciptakan lingkungan yang sehat maka kita mulai berkolaborasi dengan dinas terkait tentang bagaimana solusi terbaik untuk penanganan sampah,” kata Aminuddin.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata pada Dinas Pariwisata (Dispar) Alor, Marcell Billi juga menjelaskan sampah tidak dapat dipisahkan dari lingkungan dimana tempat kita berada.
Marsel Billi menganalogikan penanganan sampah seperti handphone (hp) atau laptop yang terdapat banyak sampah sehingga harus dibersihkan agar tidak eror saat hendak digunakan. Begitupun dengan otak kita. Kalau ada banyak sampah di otak, kita harus merefleksikan atau dengan banyak pencerahan. Supaya otak kita kembali bersih dengan pikiran-pikiran yang bersih dan positif, agar kita bisa gunakan untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
“Benar sekali sampah tidak dapat dipisahkan dari lingkungan. Penanganan sampah kita mulai dari kondisi terdekat minimal di sekitar kita tidak boleh ada puntung rokok. Kami di Dinas Pariwisata beberapa kali diminta sebagai peserta maupun narasumber kegiatan, kami sering menyampaikan bahwa salah satu aspek yang sangat melekat erat dengan pariwisata adalah bersih,” ungkap Marcell.
Dia menambahkan, kadang orang dengan tanpa sadar dia kemudian buang puntung rokok di sembarang tempat, dan itu bentuk ketidak tanggungjawab dia tentang sampah.
“Didalam pariwisata itu ada namanya Sapta Pesona yang didalamnya ada 7 unsur dan 2 unsur sangat berkaitan erat yaitu bersih dan indah,” ujarnya.
Dia mengakui, Dinas pariwisata memang tidak punya program khusus tentang penanganan sampah. Tetapi punya tanggung jawab moril untuk membangun pariwisata yang salah satu didalamnya adalah menciptakan daerah ini menjadi daerah yang bersih.
“Ada beberapa cara yang sering kami pakai dalam melakukan sosialisasi atau pencerahan diberbagai kegiatan. Sehingga dari sosialisasi atau pencerahan untuk menciptakan daerah ini menjadi bersih diharapkan kita punya rasa peduli terhadap sampah,” imbuhnya.
Seperti pantauan Wartawan, kegiatan Talk Show dihadiri unsur TNI Polri, mahasiswa, pelajar dan pemerhati lingkungan hidup lainnya. ***(joka)